Lihat ke Halaman Asli

Ikwan Setiawan

TERVERIFIKASI

Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Ketika Masyarakat Tengger Memperjuangkan Identitas Religi Warisan Leluhur

Diperbarui: 7 Januari 2023   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dhukun memimpin ritual Kasada di era kolonial. Sumber: Tropenmuseum Belanda

Menjalani hidup sebagai wong (orang) Tengger bukanlah persoalan mudah. Dari dongeng asal-muasal, kehadiran kolonial, hingga rezim pasca Reformasi, wong Tengger mengalami banyak permasalahan eksistensial, khususnya terkait bagaimana menegaskan identitas religi mereka. 

Masing-masing zaman menghadirkan tantangan dan ancaman yang mengharuskan komunitas ini harus terus bersiasat dan bernegosiasi untuk sekadar mempertahankan eksistensi mereka. 

Kepatuhan mereka terhadap penguasa tidaklah cukup untuk meyakinkan kekuatan politis dan religi di luar komunitas mereka untuk sekedar membiarkan wong Tengger hidup dengan damai. 

Ingar-bingar pembangunan nasional dan pariwisata di zaman pasca kemerdekaan hingga saat ini juga harus disiasati dengan kehendak untuk terus menggelar ritual warisan leluhur. 

Semua faktor eksternal, tak pelak lagi, menjadikan komunitas Tengger yang hidup di Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang terus memaknai identitas mereka agar tidak sepenuhnya tergerus oleh kekuatan luar dan perubahan zaman. 

Mengukuhkan Identitas Religi dari Zaman Kerajaan hingga Kolonial

Terlepas benar atau tidaknya, cerita lisan tentang perjuangan Rara Anteng dan Jaka Seger sebagai moyang masyarakat Tengger merupakan konstruksi mitologis yang masih diceritakan hingga saat ini. 

Keteguhan hati dan kekuatan fisik kedua insan tersebut di alam mitos menjadi inspirasi bagi masyarakat Tengger untuk memperjuangkan hidup di negeri 'di atas awan.' 

Cerita Rara Anteng dan Jaka Seger sebagai asal-muasal wong Tengger memang bukan kenyataan historis. Namun, dari cerita lisan kita bisa mendapatkan gambaran bagaimana sebuah komunitas mengkomunikasikan kedirian, kebudayaan, dan religi mereka dalam menghadapi kekuatan supranatural yang tidak bisa diraba, tetapi bisa dirasakan kehadirannya. 

Melalui cerita lisan pula, komunitas mengkonstruksi nilai dan keyakinan religi dalam menghadapi permasalahan-permasalahan geografis, alam, maupun sosial. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline