Lihat ke Halaman Asli

Ikwan Setiawan

TERVERIFIKASI

Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dhukun Pandita, Mengawal Budaya Tengger dalam Arus Modernitas

Diperbarui: 23 Desember 2022   04:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dhukun Pandita Sutomo bersama Koordinator Dhukun Pandita se-Kawasan Tengger Mujono (alm) memimpin malam resepsi Kasada 2012 di Balai Desa Ngadisari, Probolinggo.| Dokumentasi penulis

Memasuki Dunia Dhukun Tengger

Mendengar kata dhukun atau dukun, bisa jadi banyak di antara kita yang mengasosiasikan dengan tokoh atau individu yang memiliki kesaktian dan bisa membantu untuk menyelesaikan masalah-masalah tertentu.

Dalam sistem sosial dan budaya Tengger, dhukun pandita merupakan otoritas adat yang memimpin ritual keagamaan dan menanamkan keyakinan tradisi ke dalam masyarakat Tengger, nglokapla sraya. 

Sebelum membahas lebih jauh lagi tentang dhukun pandita, perlu saya jelaskan secara singkat bahwa istilah tersebut digunakan untuk mengganti istilah dhukun yang pada masa-masa sebelumnya biasa dipakai. 

Pada masa kepemimpinan Mujono sebagai Koodinator Dhukun se wilayah Tengger (meninggal tahun 2014), istilah dhukun diganti dengan dhukun pandita. 

Alasannya, dalam sistem religi Tengger, terdapat dua istilah lagi yang menggunakan kata dhukun, yakni dhukun cilik dan pandita dhukun. 

Dhukun cilik adalah tokoh yang memiliki kemampuan untuk mengobati penyakit-penyakit ringan, seperti panas atau sakit-sakit lain yang disebabkan oleh kekuatan ghaib. Mereka juga bisa memberikan mantra penglarisan untuk usaha dan mantra agar seseorang segera mendapatkan jodoh. 

Sementara, pandita dhukun adalah level tertinggi dalam jagat perdhukunan Tengger. Posisi pandita dhukun hampir sama dengan para pertapa suci. Level ini sangat sulit dicapai karena banyak dhukun pandita yang masih terikat kehidupan dunia. 

Tidak semua warga Tengger bisa menjadi dhukun pandita. Terdapat beberapa persyaratan yang harus mereka penuhi. 

Pertama, mampu menghafal mantra perdukunan Tengger yang dihimpun dalam kitab Sang Hyang Aji Parikrama yang mencakup semua mantra terkait ritual kecil maupun besar di wilayah Tengger. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline