KEBOTOLAN YANG MENGGUGAT
Ketika memasuki ruang Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Universitas Jember, 30 Maret 2017, pukul 19.35 WIB, saya langsung disuguhi ratusan botol dan atraksi beberapa aktor dari Teater Gelanggang Jember yang tengah memainkan naskah Anatomi Botol.
Mereka bermain-main dengan botol plastik yang menjadi bagian “tak terpisahkan” dalam ruang sosial-imajiner hasil konstruksi teatrikal. Beberapa celetukan nakal-verbal mereka lontarkan dengan sangat cepat. Sampai-sampai saya kesulitan untuk mendengarkan dengan jelas, apa yang sebenarnya tengah mereka celetukkan.
Begitupula ketika seorang figur intelektual muncul dengan orasinya, saya juga tidak begitu menghiraukan lagi karena, lagi-lagi, konstruksi tubuh-bergerak para pemain dan permainan botol-lah yang mampu meneror perhatian saya. Akibatnya, saya lebih menikmati permainan tersebut ketimbang bahasa-bahasa verbal yang disampaikan.
Dan, bagi saya pribadi, hal itu tidak menjadi masalah karena bahasa non-verbal yang disampaikan sudah cukup asyik dan menantang untuk pembacaan lebih lanjut.
Apa yang menarik dari pertunjukan Anatomi Botol, menurut saya, pertama-tama, adalah gugatan kreatif. Saya menyebutnya gugatan kreatif karena dengan menggunakan botol plastik sebagai properti sekaligus material yang menyatu dengan acting para aktor menandakan kebaruan konsep pertunjukan sehingga bisa memberikan efek tersendiri bagi para penonton.
Memang, pada awal 2000-an, Komunitas On Theatre Jember pernah menggunakan sekem padi untuk tempat bermain ketika mereka memainkan Aku Cinta Padamu, Episode Buah Bibir. Namun, pada waktu itu, sekem tersebut sudah dimasukkan ke dalam kain dan dijahit.
Menjadikan ratusan botol, baik yang berserakan di lantai, digantung dengan tali, ataupun yang dilemparkan dari atas, sebagai kesatuan dalam lakon yang dimainkan para aktor merupakan sebuah lompatan kreatif yang sekaligus menggugat kreativitas para pekerja teater di Jember, baik yang berada di kampus, SMP/SMA, ataupun umum.
Bahwa banyak material berserak dalam kehidupan para pegiat teater tersebut, tetapi mereka masih belum memaksimalkannya untuk dijadikan bagian integral dalam bermain teater.
Para aktor Gelanggang mampu memainkan sekaligus dimainkan botol-botol plastik. Ada kalanya mereka menjadi ordinat yang memainkan botol-botol dengan bermacam ekspresi wajah, perpindahan ruang dan tubuh, serta komposisi tubuh.