Lihat ke Halaman Asli

Ikwan Setiawan

TERVERIFIKASI

Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Pohon Kepoh: Melampaui Mitos, Mengungkap Manfaat untuk Kehidupan

Diperbarui: 7 Mei 2022   21:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Batang dan dahan bagian atas pohon kepoh di kuburan Dusun Kowak, Lamongan. Dokumentasi pribadi

Di sebuah pagi, 30/4/22, saya bersama kerabat dan warga Dusun Kowak, Desa Bedingin, Kec. Sugio, Lamongan, mengantar Pakde Iman, ke tempat peristirahatan terakhir di kuburan desa. Pakde Iman, kakak kandung bapak saya, meninggal dunia pada sekira pukul 02.00 WIB, setelah sempat dirawat beberapa hari di RSUD Dokter Soegiri Lamongan.

Setelah proses pemakaman, saya menyempatkan menuju tempat nyadran di sisi barat kuburan. Di tempat ini, waktu kecil, saya setahun sekali diajak (alm) Mbah Lanang (kakek) ikut slametan nyadran (sedekah bumi). Mata saya langsung tertuju pada pohon kepoh, bahasa lokal untuk pohon kepuh (Sterculia foetida) yang besar dan menjulang tinggi. Sejak saya kecil, beberapa pohon kepuh memang sudah menjadi penghuni kuburan ini.

Pohon ini memang banyak tumbuh di kawasan kuburan (pemakaman) di kecamatan Sugio dan sekitarnya. Juga, di dekat sendang (telaga desa) dan di kawasan hutan pesisir. Menurut informasi dari berbagai sumber, pohon kepuh banyak tumbuh di Jawa, Bali, Madura, Sulawesi, Nusatenggara, Maluku, dan beberapa wilayah lain. 

Pohon yang masih kerabat jauh pohon kapuk randu ini oleh warga Makassar disebut bungoro dan kalumpang, warga Batak menyebutnya halumpang, hampir sama dengan masyarakat Madura yang menyebutnya kalompang. Warga Bugis menamainya alumpang, alupang, dan kalupa, sedangkan masyarakat Nusa Tenggara Timur menyebutnya dengan beberapa nama seperti kepoh, kelompang, kapaka, wuka, dan wukak. Adapun warga Maluku Utara menamainya ailupa furu dan kailupa buru.  

Sepertihalnya dengan beringin dan pohon besar lainnya, kepoh secara mitis juga seringkali dianggap sebagai tempat makhluk ghaib. Mitos yang berkembang, pohon kepoh apalagi yang ada di kuburan dan tempat keramat menjadi tempat tinggal favorit genderuwo, kuntilanak, wewe gombel, pocong, dan yang lain. 

Itulah yang menjadikan banyak anak-anak dan remaja yang tidak biasa bermain di bawah pohon kepoh. Mereka yang hidup dalam tradisi lisan dusun tentu akan dihinggapi rasa takut, meskipun terus-menerus penasaran terhadap kebenaran cerita mitis tersebut. Padahal, biji kepoh sangat gurih kalau di goreng sangrai, meskipun kalau terlalu banyak bisa membuat kepala "nggliyeng" (semacam mabuk). 

Apakah benar pohon kepoh menjadi 'rumah idaman' para hantu menakutkan? Tidak ada informasi yang pasti karena keberadaan makhluk ghaib tersebut hanya diceritakan turun-temurun. Kalaupun ada, juga tidak masalah karena makhluk ghaib juga berhak untuk hidup. Toh, dengan tinggal di pohon kepoh, mereka memilih untuk berjarak dari manusia. 

Meskipun demikian, kita bisa membaca pohon kepoh dan mitos tentang makhluk ghaib dalam perspektif kritis dan dinamis. Karena apa yang ada dalam cerita lisan tentang pohon kepoh bisa jadi membawa pesan tertentu kepada warga masyarakat, baik di masa lalu maupun masa kini. 

Untuk bisa memahaminya, saya akan memulai dari informasi-informasi yang berhasil dihimpun terkait manfaat penting pohon kepoh bagi manusia dan lingkungan. Mengapa? Karena nenek moyang kita seringkali menarasikan kekeramatan sebuah pohon atau tempat karena ada kepentingan untuk menyelamatkannya demi manfaat yang mereka bawa. 

MANFAAT POHON KEPOH

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline