Kalau memang hujan masih terlalu bahagia di bulan Juni, kita siapkan saja cangkir demi cangkir kopi untuk menyokong barisan yang mengawal kata, paragraf, dan laku dengan riang gembira. Tak perlu takut kepada mereka yang bersekutu mengendalikan imajinasi dengan seruan-seruan indah, terbang bersama debu ke arah gunung.
Tak usah risau kalau hujan masih belum beranjak dari bulan Juni. Meskipun tanah basah melumpur bersama daun dan ranting menyuguhkan alur kehidupan, kita masih bahagia, bergerak menuju catatan rindu dibimbing orkestra air sungai. Masih ada harapan yang perlu terus dirawat bersama impian-impian kecil ditemani tembang merdu semesta.
Hujan yang masih menikmati tarian tubuh di bulan Juni adalah kita yang sama-sama memimpikan sebuah perjumpaan atas nama rindu, melangit dalam lantunan doa tak pernah memaksa. Ketika suara bising menangkap langit dari tombol-tombol digital semakin berkuasa, orang-orang bersekutu menentukan keinginan masa depan.
Kita di sini saja, memeluk hasrat sederhana yang direkam seduhan kopi di batas malam. Karena hujan yang masih betah di bulan Juni adalah ledakan kecil tentang hasrat jujur yang tak perlu dimusnahkan hanya karena nasehat-nasehat bijak yang berujung dalam perjamuan dan persekongkolan.
Banyuwangi, 14 Juni 2022
DI MUARA MENCUMBU SENJA
Ada yang berusaha, melabuhkan doa-doa tak pernah mengeluarkan suara, tak pula dalam bisik-bisik tanah rentah. Ada yang berharap, melesatkan hasrat tak pernah menggetarkan lidah, menyuburkan diam dipahat pada kerikil sungai. Kemarau memang mulai mengheningkan laku bersama panas membakar waktu. Namun, masih ada senyum semestinya disimpan bersama debu mulai berfatwa.
Tentu orang-orang dusun masih menyisipkan bahagia ketika sungai-sungai masih gempita mengalir ditemani hujan masih bertandang, meskipun kegelisahan juga mulai mengada dalam tembang panas sudah semestinya hadir. Di muara, semua bertemu dalam hukum percumbuan yang terus merawat dan memperjuangkan harapan.
Senja di muara mengabadikan cerita terus beranjak dari waktu ke waktu: orang-orang dusun menancapkan masa depan di tanah tegalan dibentengi hutan jati. Ada lelah, memang. Ada luka, pasti. Namun, senja mengabarkan perjalanan yang selalu mengikhlaskan dirinya direngkuh malam. Bukan tentang kekalahan dan kelemahan, tetapi sebentuk kehidupan terus mengada.
Lamongan, 1 Mei 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H