Lihat ke Halaman Asli

Ikwan Setiawan

TERVERIFIKASI

Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Gua Marjan dan Sodong: Hunian Hominid Australomelanesid di Jember

Diperbarui: 18 Maret 2022   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian depan Gua Marjan. Dokumentasi penulis

Dalam artikel tentang Gunung Watangan Jember, saya menyinggung tentang kekayaan purbakala yang dimiliki gua-gua di sana. Setidaknya terdapat empat gua yang sudah diteliti, baik oleh arkeolog Belanda maupun Indonesia, yakni Gua Macan, Glatik, Marjan, dan Sodong. Semuanya terletak di Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, Jember.

Baca: Gunung Watangan, Benteng Alam di Kawasan Selatan Jember

Adalah kebahagiaan ketika pada Minggu, 13 Maret 2022, saya dan kawan-kawan dari Dewan Kesenian Jember (DeKaJe) berkesempatan mengunjungi dua gua, yakni Marjan dan Sodong. Kami berangkat jam 10.00 WIB dari Desa Lojejer, dengan pemandu Pak Natun, seniman jaranan yang sudah biasa keluar-masuk kedua gua tersebut. 

Melewati wot. Dokumentasi penulis

Dari pemukiman, kami berjalan kaki menyusuri lahan pertanian warga dan melewati jembatan kecil berbahan kayu (wot, dalam bahasa Jawa) yang lumayan menantang karena sungai yang lumayan lebar dan dalam. Aliran sungai ini bermuara di kawasan Puger, menuju Samudra Indonesia.

Beberapa menit kemudian, kami sudah memasuki hutan jati. Di sepanjang jalan setapak, kami berpapasan dengan beberapa lelaki berusia tua yang pulang dari mencari rumput untuk pakan hewan ternak mereka. 

Warga pencari rumput. Dokumentasi penulis

Tubuh mereka bergerak lincah, mengatasi faktor usia. Kebiasaan sehari-hari mencari rumput di tengah hutan melatih tubuh mereka secara ajeg, sehingga meskipun sudah berusia senja tetap kuat bekerja.

MENGHAYATI GUA MARJAN

Setelah sekira dua puluh menit berjalan, sebenarnya kami sudah sampai di depan Gua Marjan. Namun, Pak Natun mengajak kami meneruskan langkah untuk "nyekar" (berziarah) terlebih dahulu ke makam Mbah Beduk, tokoh yang diyakini sesepuh kawasan Watangan. Dipimpin Pak Natun, kami berdoa agar Tuhan Yang Mahakuasa memberikan kebahagiaan kepada almarhum Mbah Beduk. 

"Nyekar" di makam Mbah Beduk. Dokumentasi penulis

Tidak lama kemudian, kami kembali ke arah Gua Marjan. Gua yang terdiri dari bebatuan kapur itu tampak gagah dari depan. Bagian atasnya ditumbuhi pepohonan dan semak. Akar-akar pohon menjadi lukisan alam yang tampak memeluk erat gua Marjan. Halaman depan gua tampak bersih, menandakan bahwa ia sering dikunjungi warga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline