Selama setahun terakhir, berita yang cukup menghebohkan publik adalah prediksi BMKG tentang kemungkinan gempa megathrust di selatan Jawa yang berpotensi tsunami.
Sebagian kawasan selatan Jember yang berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia menjadi wilayah yang berpotensi terdampak. Apalagi, dalam catatan sejarah gempa megathrust, wilayah Jember pernah dihantam tsunami pada tahun 1921.
BENTENG ALAM
Menyadari kerentanan tersebut, menjadi penting bagi warga Jember untuk merawat "benteng alam" yang masih ada di kawasan selatan Jember. Apa yang saya maksud dengan benteng alam adalah kawasan perbukitan dan hutan yang membentang di kawasan Silo hingga Tempurejo dan Wuluhan.
Kawasan-kawasan itulah yang bisa menjadi pelindung ketika terjadi tsunami dari Samudra Indonesia atau yang oleh orang Jawa disebut Segara Kidul.
Sebagai benteng alam, kelestarian kawasan tersebut menjadi sangat penting karena kerusakannya akan berdampak langsung terhadap keselamatan warga yang bermukim di wilayah sekitarnya.
Kawasan perbukitan di selatan Jember merupakan "anugrah ekologis". Selain keindahan dan kekayaan alam yang begitu sempurna, kawasan ini menjadi tanda betapa baiknya Tuhan terhadap umat manusia karena melindungi mereka dari bencana alam. Namun, Tuhan juga menjadikan anugrah tersebut sekaligus sebagai "ujian ekologis".
Artinya, kalau para pemodal besar ingin merusak secara massif untuk mengeruk mineral seperti emas yang mungkin terdapat di dalamnya, maka bencana itu tidak bisa dihadang dan diminimalisir dampaknya. Tsunami dengan mudah menerjang kawasan pemukiman. Inilah mengapa perbukitan di kawasan selatan Jember bisa dikatakan anugrah sekaligus ujian ekologis.
Beberapa tahun terakhir, rencana pertambangan emas di kawasan Silo mengusik ketentraman warga Jember. Mayoritas warga masyarakat menolak rencana pemerintah provinsi dan pemerintah pusat tersebut. Di zaman Bupati Faida (2015-2020), rencana pertambangan tersebut ditolak oleh Pemkab Jember.
Namun, di zaman Bupati Hendy (2021-2024), rencana pertambangan tersebut muncul kembali dan menimbulkan penolakan warga. Apa yang seringkali diabaikan pemerintah pusat dan provinsi adalah dampak destruktif pertambangan di kawasan yang berbatasan langsung dengan laut lepas. Selain limbah yang mengancam ekosistem yang berdampak pada kesehatan manusia, musnahnya benteng alam menjadikan kawasan selatan Jember dan sekitarnya sangat rentan terkena tsunami.
Salah satu benteng alam di selatan Jawa yang sebentar lagi akan hilang dari pandangan mata adalah Gunung Tumpang Pitu, Desa Sumberagung Kecataman Pesanggaran, Banyuwangi. Kerakusan pemodal tambang untuk mengeruk emas dengan izin Negara, menjadikan kawasan Sumberagung dan sekitarnya bisa terdampak tsunami secara langsung. Apalagi di kawasan Pancer pernah terjadi tsunami yang menyebabkan ratusan korban jiwa.