Lihat ke Halaman Asli

Ikwan Setiawan

TERVERIFIKASI

Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Puisi-puisi dari Perkebunan Teh Gunung Gambir

Diperbarui: 7 April 2022   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemandangan Gunung Gambir. Dok. Nanik Setiawan

1918

Ada doa kekasih dari tanah seberang untuk lelaki muda yang tengah bermain akal. Sejengkal demi sejengkal tanah ditundukkan atas nama mimpi yang tak hanya 100 tahun: Jawa adalah kemakmuran. 

Doa itu, kini, menemuimu dalam puisi yang dikawal lumut dan karat: tanpa toean besar, tanpa noni bergaun putih. Hanya pewaris yang menyimpan kabut dan harum teh dalam dongeng indah yang seringkali menyakitkan.

Gunung Gambir, 18 November 2019

Menikmati pemandangan Gunung Gambir. Dok. Nanik Setiawan

HUMUS

Andai bisa kau tulis rindu seratus tahun, tak cukup puisi merekam kebahagiaan tentang rimba yang ditundukkan demi senyum di tanah seberang.

Di sini, kepasrahan humus adalah kemenangan yang perlu dicatat dalam buku harian: diabadikan dalam nota-nota bertinta kuasa; dirayakan dalam pesta penuh cinta untuk senyum di masa kini

Di sini, tak kuasa kata mewujudkan ingatan tentang asin air di tanah leluhur. Dingin tetap saja mencumbuh tubuh demi menjaga cinta berkarat yang masih dihayati para pewaris dalam cerita demi cerita yang tak berubah. 

Gunung Gambir, 18 November 2019

Bangunan bekas pabrik teh Gunung Gambir. Foto: Dokumentasi Pribadi

TOEAN

Toean, 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline