SAJAK AIR MATA MENGERING
Hari ini kau bercerita ingin menulis air mata yang mengering; yang terus mencari di manakah orang-orang terkasih itu berada; orang-orang yang disenyapkan dari cinta dan kekasih, dari anak dan saudara, dari para tetangga dan sahabat; orang-orang yang disenyapkan dalam lubang-lubang tanah yang mereka galih sendiri dalam kuburan yang menggantikan pengadilan.
Air mata itu mengering, tapi tak pernah menghentikan tembang; tentang kerinduan di ujung malam; tentang cinta selalu berlabuh bersama angin; tentang doa disuarakan dalam manjing.
Kerinduan ini menjadi luka tak lagi terasa sakit karena sakit telah menguap bersama kalimat-kalimat suci berkumandang bersama anyir darah menggenang.
Cinta ini menjadi keteguhan yang harus dijaga sepanjang hayat karena ia membisikkan setitik harapan; tentang perjumpaan dalam mimpi; tentang percumbuan dalam batin.
Air mata itu masih terus mencari petilasan-petilasan tanpa nama. Cinta itu selalu saja mengirimkan kembang dan tembang, meskipun hanya bisa diam bersama hening dalam sebuah kamar.
Hari ini kita bercakap.
"Di luar, orang-orang menyanyikan tembang itu sebagai perpisahan menyakitkan antara dua anak manusia yang saling mencintai. Hanya tentang itu, Mas," kataku. "Begitulah, kisahku memang tak pernah sama dengan kisah mereka," katamu sembari meneteskan air mata.
*untuk Yon's D.D.
Pencipta lagu Banyuwangi Tetese Eluh
Banyuwangi, 22 Juli 2009
49 TAHUN