Lihat ke Halaman Asli

Ikwan Setiawan

TERVERIFIKASI

Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Situs Gerimis: Di Sebuah Pagi dan Dua Puisi Lain

Diperbarui: 20 November 2021   14:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokumentasi Pribadi

SITUS GERIMIS: DI SEBUAH PAGI

Kita berjalan ketika gerimis mengunjungi sebuah pagi. Tak juga kalah kepulan asap semakin pekat mengaungi hidup. Pertarungan demi pertarungan masih saja berlangsung. Orang-orang berlari memburu waktu. Lupakan batas pagi dan siang karena pekat terlanjur datang.

Pada sebuah lampu merah, suara-suara ini menghunus kesungguhan langkahmu. 

Kita harus berpisah di perempatan ini karena aku harus belok kiri: meneruskan cerita yang tak pernah engkau pahami; menemani sayup-sayup suara semakin ditinggalkan; menemui wajah-wajah selalu disedihkan oleh persekutuan di balik sumpah.

Aku harus memilih jalan ini karena kebenaran yang kita bangun hanyalah cerita usang ketidakmampuan dan ketidakmauan untuk bersama mereka.

Aku harus memilih jalan ini dan engkau turutilah keinginanmu. Biarlah perempatan ini menyaksikan perpisahan kita. Mungkin pada sebuah masa kita akan bertemu di perempatan lain.

Pada sebuah gerimis suaramu tak mampu membelah jelaga hitam: tak mampu kudengar dalam tangis beribu tahun.

Menyusuri jalan tengah Kampus UGM, 9 Juni 2010

TIGA KOMPOSISI SEPI

Kalau sepi adalah pertarungan, hujan membekap lukisan lembab: ini bukan pesan yang mesti di tulis dalam kesunyian; ini bukan mimpi yang harus dicari dalam tumpukan sejarah; ini bukan pula harapan yang harus diiris dalam kesepakatan-kesepakatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline