Lihat ke Halaman Asli

Ikwan Setiawan

TERVERIFIKASI

Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Air Terjun Tujuh Bidadari, Keindahan Surgawi, dan Alternatif Pengembangannya

Diperbarui: 12 November 2021   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Air terjun Tujuh Bidadari. Foto: Dokumentasi Pribadi

Ketika saya ketik "air terjun tujuh bidadari" di Google, muncul banyak tulisan di situs berita online dan blog yang menceritakan secara apik keindahan kawasan wisata air terjun Tujuh Bidadari di Desa Rowosari, Kecamatan Sumberjambe, Jember (Air Terjun 7 Bidadari: Salah Satu Surga di Jember).

Tempat wisata yang secara resmi dibuka oleh Perhutani pada tahun 2017 itu memang menjanjikan petualangan yang menantang. Kawasan hutan pinus dengan taman bermain dan rumah makan di tata dengan indah (Wana Wisata Air Terjun 7 Bidadari Desa Rowosari Kecamatan Sumber Jambe Jember Jawa Timur). Namun, itu semua hanya bertahan tidak sampai lima tahun. Setidaknya, sampai 2019 masih dikunjungi wisatawan lokal.

Tahun 2020, seiring dengan berlangsungnya pandemi dan semakin sepinya pengunjung, kawasan bermain pun lambat laun tutup. Wisata ke air terjun yang semula menjadi satu paket dengan kawasan bermain, kembali menjadi destinasi tanpa pengelolaan.

Pada bulan Juli 2021, saya berkunjung ke Tujuh Bidadari, menempuh perjalanan sekira 1,5 jam dari kota Jember lewat jalur Kalisat-Sukowono-Sumberjambe. Sampai di kawasan bermain dan rumah makan di hutan pinus, saya terkejut. Kondisinya cukup memprihatinkan, tidak terawat sama sekali, terbengkalai.

Bangunan yang mangkrak. Foto: Dokumentasi pribadi

Sungguh sangat disayangkan. Biaya investasi untuk membenahi kawasan ini tentu tidak kecil dan tidak sampai lima tahun sudah tidak tampak elok sama sekali. Yang lebih menyedihkan, tidak ada lagi usaha pengelolaan kawasan.

Ketika saya turun ke jalur sungai untuk menuju Tujuh Bidadari, jalan setapaknya pun sudah ditumbuhi semak belukar, meskipun masih bisa dilewati. Bagi saya, kondisi itu tidak menjadi masalah. Namun, bagi orang tua yang mengajak anak-anak mereka, tentu harus ekstra hati-hati. Apalagi tangga kayu yang menjadi penghubung ke sungai sudah lapuk.

Tangga ke air terjun. Foto: Dokumentasi Pribadi

Sesampai di air terjun pertama dan kedua, saya benar-benar terpukau, terpesona. Keindahan surgawi benar-benar dihadirkan oleh alam di kaki Gunung Raung. Diberi nama Tujuh Bidadari karena terdapat tujuh air terjun yang berasal dari atas tebing di sepanjang sungai. Masing-masing air terjun dianggap sebagai bidadari. 

Hal itu lebih berkaitan dengan kualitas keindahan surgawi yang dihadirkan ketujuh terjun tersebut, layaknya bidadari yang menghadirkan kebahagiaan dan kedamaian batin. 

Air terjun pertama. Foto: Dokumentasi Pribadi

Dan, kalau kita perhatikan hutan hujan tropis 'menyembunyikan' ketujuh air terjun tersebut dan beningnya air yang berkontribusi penting bagi kehidupan masyarakat di Jember, rasa-rasanya cukup beralasan kalau masyarakat dan Perhutani memberi nama "Tujuh Bidadari".

Buat para pengunjung yang memiliki hobi fotografi dan videografi, Tujuh Bidadari benar-benar recommended. Meskipun harus hati-hati karena banyaknya belukar di pinggir sungai dan bebatuan yang agak licin, para pengunjung bisa memilih spot yang cukup bagus. Perpaduan antara bening dan gemuruh air, suara burung, pepohonan, dan bebatuan menghadirkan suasana surgawi yang benar-benar bisa dirasakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline