Lihat ke Halaman Asli

Ikwan Setiawan

TERVERIFIKASI

Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Ungkalan, Pesona Sungai dan Hutan di Jember Selatan serta Kemungkinan Pengembangannya

Diperbarui: 11 Maret 2020   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Hutan dan sungai bagi saya selalu menghadirkan rasa romantik yang beranak-pianak dalam batin. Keberlimpahan oksigen yang dialirkan dari pori-pori dedaunan dan rezeki ekonomi yang dihasilkan dari setiap bagian pohon adalah kekuatan hutan yang sampai sekarang masih menarik hasrat ratusan juta manusi di muka bumi. 

Sungai dengan kemelimpahan air adalah kehidupan bagi jutaan makhluk hidup yang bermanfaat buat manusia dan lingkungan. Apalagi ketika ekosistem sungai tersebut masih sehat, sunggu hamparan keindahan dibarengi rasa takjub semakin sempurna.

Bayangan-bayangan tentang keindahan dan keluarbiasaan itulah yang menggelayut dalam pikiran ketika saya mengendarai sepeda motor menuju kawasan Ungkalan, Desa Sabrang, Kecamatan Ambulu, Jember, Jawa Timur. 

Saya dan beberapa pengurus Dewan Kesenian Jember (DeKaJe) memenuhi undangan Kelompok SAR Rimba Laut untuk melakukan survei awal lokasi pertunjukan publik di kawasan hutan Ungkalan. 

Bagi saya, membayangkan keindahan dan merangkai kebahagiaan dalam benak merupakan cara untuk menikmati perjalanan dan menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya di lokasi yang dituju. Tidak bijak membawa kesedihan ataupun permasalahan dalam perjalanan yang hendak menikmati keindahan bentang alam. 

Dusun Ungkalan adalah sebuah dusun yang diapit kawasan hutan jati yang dikelola Perhutani dan hutan alam yang dikelola Balai Taman Nasional Meru Betiri Sukamade Jember. 

Di sebelah hutan jati membentang sungai yang berasal dari kawasan Mayang dan Tempurejo Jember. Muara sungai tersebut berada di Teluk Love, Payangan. Di sebelah selatan dusun terhampar Pantai Canga'an dan Pantai Nanggelan yang terkenal karena keindahan pasir putihnya. 

Meskipun belum dikelola secara profesional, Pantai Nanggelan sudah mulai dikunjungi wisatawan mancanegara dan domestik. Dari informasi awal yang saya terima, dusun ini sudah ada sejak era Belanda dan mayoritas warganya berasal dari komunitas Jawa Panaragan (Ponorogo) dan Mataraman. 

Meskipun berada di tengah hutan, warga Ungkalan bukanlah warga terisolasi karena mereka masih bisa melakukan komunikasi dengan masyarakat luar dan melakukan mobilisasi ke wilayah-wilayah lain di kecamatan Ambulu dan Jember.

dokpri

Memang, sebelum tahun 2017, warga Ungkalan masih menggunakan gethek (perahu rakit dari bambu) untuk menyeberang ke wilayah Desa Sumberejo, Ambulu. Namun, sejak 2017, mobilitas mereka cukup terbantu oleh kehadiran jembatan gantung yang bisa dilewati sepeda motor. 

Untuk mobil, jalur yang bisa dilewati adalah tembus ke perkebunan Kotta Blater, timur Ambulu. Padahal, ketersediaan sarana transportasi seperti jembatan yang bisa dilalui oleh kendaraan roda empat seperti pick up dan truck bisa mempercepat keluarnya hasil panen seperti jagung, kedelai, kacang tanah, dan semangka dari Ungkalan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline