Lihat ke Halaman Asli

Ketika Pilihanku adalah Pulang

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejenak saya merenung, tentang anggapan orang-orang tentang orang-orang yang ber IPK (indeks pulang kampung) tinggi.

Saya berpikir, tidakkah mereka merasakan harubiru menerima sms ibunya “kapan pulang nak?”. Satu kalimat singkat yang bisa membuat mata tak bisa tidur. Sms singkat yang memiliki makna yang dalam. Sms pengharapan dari seorang ibu untuk buah hatinya yang jauh menuntut llmu disana.

“Life is a choice” kata seorang teman. Tapi, maaf pilihanku adalah pulang.. bukan karena ego atau kemalasan tapi untuk membangkitkan semangat yang mulai surut dan untuk tidak mengecewakan sang pengirim pesan.

Pemikiran-pemikiran mereka tentang hal itu. Biarlah.. toh dengan pulangku menjadi pembangkit semangat untuk mejalani kepenatan kedepannya.

Banyak orang mungkin berpikiran kenapakah harus selalu pulang? Tapi dengan pulang, layaknya hp yang tercharge penuh saya siap untuk menghadapi hari-hari sulit-sulit kedepannya.

Karena saat semuanya nyesek, hanya mereka orang yang paling setia menunggu dan mendengar. Pernahkah kita berpikir apakah orang tua kita merindukan kita walaupun tidak pernah terlontar kata bahwa mereka merindukan kita?

Kita tak perlu ucapan untuk mengetahui hal itu. Karena mereka selalu ada dan menunggu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline