Akhir bulan selalu menjadi rutinitas bagi saya sekeluarga untuk berbelanja keperluan bulanan, maklum ada yang supporting berupa dana gajian tentunya. waktu yang kami ambil biasanya ialah weekend sabtu/minggu siang menjelang sore sehingga pemandangan antrian panjang bukan hal baru dan malah berulang kita lakukan karena memang dimomennya juga.
Sebuah pusat perbelanjaan dengan inisial G menjadi destinasi kami bertiga, saya emak dan adik saya serta. karena masih masa pandemi covid 19 kejadiannya, seperti biasa protokol kesehatan dijalankan pihak gedung. tak disangka saya bersuhu tubuh hingga 37 derajat celcius padahal masih aman untuk tindakan pengenalan awal covid 19. alhasil saya harus menunda dulu langkah untuk memasuki lebih dalam gedung dan diminta untuk menunggu suhu tubuh turun sampai dianggap aman sesuai instruksi dari atasan petugas securiti nya.
namun bukan cerita barusan yang akan menjadi topik inti dari cerita ini, setelahnya kita skip-skip dulu sampailah kita diujung nya belanja yaitu kasir dan nominal yang mesti dikeluarkan untuk tukar dengan barang yang kita lempar dan taruh di troli belanjaan dorong.
didepan kami terpapar dua pasangan suami istri keliatannya / pastinya deh, kita mengantre persis dibelakangnya dan terdengarlah beberapa percakapan mereka dengan mbak kasirnya : dengan penambahan suku kata biar menarik sama biar banyak juga
- mbak kasir (MK) : mau dengan plastik atau bawa tas belanjaan bu? (kebetulan yang mepet meja kasir si istri nih, situasinya )
- istri (I) : dengan kardus saja mbak, ada kan ?
- MK : ada bu,
- I : (tampang menunggu sambil lihat angka-angka di layar ukuran sekitar 12x5 cm font warna hijau berhenti berlari)
- Suami (S) : (mantau mbak kasir dengan kardusnya sambil jaga jarak dengan si Istri -social distancing gan')
- Saya (DS) : ....................,
- MK : bu, ini gak muat harus dibuat dua kardus