Krisis identitas bangsa nampaknya tidak hanya melanda budaya kita, kini sampai pada kemasan makanan ringan. Perhatikan kemasan makanan ringan di atas. Apa yang tertulis di sana? Awalnya mungkin kita pikir itu bahasa Jepang, ternyata itu tak lebih dari Bahasa Indonesia yang diJepang-Jepangkan. Ramene, snack mie, rasa rumput laut, begitu yang sebenarnya tertulis di sana. Bahkan tulisan netto pun tak luput dari Jepangnisasi.
Padahal makanan ini bukan produksi luar. Perusahaan yang memproduksinya berasal dari Malang-Indonesia. Alasannya? Bisa ditebak. Agar snack mie kering ini mendapat perhatian lebih dari konsumen. Mungkin biar terlihat lebih keren? Sebenarnya, andaikata ditulis mie kering, apakah akan mengurangi minat konsumen? Kok, waktu saya masih SD, mie remez dan anak mas laku-laku saja? Kok makin kesini justru makin tidak pede? Tapi mungkin saya sedikit bisa mengerti alasan produsen snack ini, mengingat sudah jarang sekali saya temui jajanan mie remez dan anak mas di supermarket-supermarket. Produsen kan mengikuti selera konsumen saja, begitu biasanya mereka berujar. Ya ya ya. Semoga Bung Karno tidak bangkit dari kubur, lantaran sudah susah-susah mengusir penjajah, tapi rakyat sekarang justru mengundang penjajah untuk menjajah derajat bahasa dan identitas bangsa sendiri.
(Deirdre Tenawin)
My blog : http://catatanbengong.blogspot.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H