Teringat di mana saya di masa SMA seorang guru mengatakan kepada siswa dan siswi yang ada pada ruangan kelas tersebut dengan sangat tegas beliau berkata “ untuk kalian anak- anak ku generasi penerus bangsa jangan pernah kalian malu bertanya tentang segala hal yang kalian belum pahami atau mengerti, kepada siapun, karena malu bertanya sesat di jalan” . Hal ini berarti bahwa segala sesuatu yang belum jelas atau belum di ketahui hendaknya di pertanyaan agar bisa di ketahui dimanpun, baik dari segi pendidikan maupun dalam lingkungan masyarakat. Tetapi sesuai dengan fakta yang terjadi di dalam masyarakat bahwa kebanyakan yang kita lihat di lingkungan pendidikan terutama di dalam proses belajar dan pembelajaran masih sangat banyak masalah baikdari pendidik dan peserta didik. Di mana terkadang antara pendidik atau peserta didik terkadang kurang akan penguasaan materi yang sampaikan. Hal ini di sebabkan karena pola pengembangan berpikir sangat minim, latar belakang yang di miliki tidak sesuai dengan profesi yang di jalankan, adanya sikap meremehkan suatu yang di anggap mudah, dan kurangnya pemanfaatan tekhnologi yang sudah berkembang. Peristiwa- peristiwa ini di anggap suatu masalah kecil oleh para peserta didik atau pendidik, di mana mereka akan beranggap atau sering mengatakan bahwa “ ah mau gimana lagi, hanya segitu saja kemampuan yang saya miliki” ini adalah factor yang menyebabkan suatu individu tidak mau berusaha untuk mau memperbaikinya. Tanpa kita sadari dampak dari hal tersebut akan berpengaruh pada pendengar penjelasan yang telah di sampaikan di mana pendengar akan, bingung dalam memahami isi materi sehingga suatu ilmu yang di transfer akan tidak dapat di cerna secara baik bahkan akan dapat di cerna tetapi dalam kesalah pahaman.
Sehingga salah factor penyebab tidak berkembangnya suatu pendidikan adalah kurangya pengusaan materi. Terutama yang sangat terjadi hal ini berada di daerah pedesaan. Di mana dalam peserta didik pedesaan di identikkan sangat malu bertanya kepada gurunya, walaupun tanpa di sadari bahwa pendidik tidak dapat mengusai materi sehingga dalam proses pembelajaran pendidik menjelaskan materi sesuai dengan pola pikirnya sendiri tanpa di sdari penyampaian tersebut salah atausiswa pun tidak akan berani mengkrik akan hal tersebut karena takut berpengaruh pada nilai yang di berikan oleh pendidik. Lambat laun hal tersebut di budidayakan sehingga hal tersebut dapat di katakan suatu kebudayaan. Di sisi lain tanpa di sadari bahwa dari segi peserta didik akan menimbulkan minimnya ilmu pengetahuan yang dimiliki dan menyebabkan kalah persaingan dengan pendidikan yang berada di perkotaaan. Sedangkan deri segi pendidik akan menimbulkan tidak terwujudnya kinerja guru yang professional dan menjadi guru yang professional. Jika hal tersebut secara terus menerus di biarkan mau jadi apa generasi penerus bangsa, apa iya generasi penerus bangsa akan terus menerus mengikuti arah kemana saja generasi sebelumnya di ibaratkan bagaikan butiran debu yang berterbangan ke mana arah hembusan angin, atau bagaikan orang yang bisu tanpa kata, hanya bias terdiam, tidak pengkritikan dan jika tidak ada angin maka maka tidak akan bergerak sedikitpun. Lalu bagaimana dengan nasib bangsa ke depanya apakah kita membiarkan generasi penerus bangsa bagaikan orang yang bisu tanpa kata. Tanpa ada kritikan sedikitpun atau membiarkan generasi penerus bangsa baikan butiran debu.
Seharusnya dalam pemerintahan harus sangat memperhatikan masalah tersebut dengan cara mempertegas kepada pendidik untuk menjadi seorang guru harus mengusai materi sesuai dengan bidang study yang disampaikan selain itu melakukan observasi kepada pendidik untuk mengetahuisejauh mana pendidik menguasai materi. Jika terdapat pendidik yang dalam proses pengusaan materi belum memenuhi pengusaan materi maka di lakukan pembinaan ulang tentang bidang study yang di sampaikan. Dengan adanya hal tersebut seorang pendidik akan bersungguh – sungguh untuk berusaha agar dapat mengusai materi secara keseuruhan dengan baik dan benar. Tapi dalam kenyataan pemerintah sangat minim perhatikan masalah tersebut apalagi letak pendidikan tersebut sangat jauh dari perkotaan. Jadi sangat wajar jika di Indonesia banyak terjadi masalah social yang terjadi kesalahpaham dalam menaggapi suatu ilmu yang di berikan seperti contohnya seorang menjadi teroris. Dimana seorang terosis menjadi teroris karena kesalahpaham dalam menaggapi pengetahuan karena barawal dari kurangnya pengusaan materi. Sangat di sayangkan jika negeri ini di huni oleh teroris. Jadi bangkit dan sadarlah akan dampak dari tidak mengusai materi terutama pada pendidik. Semangat Indonesia dalam membasmi hal ini jangan biarkan Indonesia membisu sehingga indonsia hanya di ibaratkan rumah kosong tanpa penghuni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H