Lihat ke Halaman Asli

Hyper-Feminitas? Berikut Review Film Charlie's Angels (2019)

Diperbarui: 23 Februari 2022   13:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Girls support girls. 

Para Angels dalam film ini saling menyemangati ketika menjalankan misi. Para Angels juga menunjukkan sisi maskulin dengan gestur tubuh dan kostum yang digunakan terutama angels jane ketika mengoperasikan tembak dan berlatih boxing. Para angels dominan ditampilkan sebagai sosok yang menolak peran tradisional dan menunjukkan hiper-feminitas dengan menjadi perempuan yang berkemauan keras, menarik, cerdas yang hanya bisa disaingi sedikit laki-laki.  

Perempuan menunjukkan powernya dalam upaya menyelesaikan misi penyalahgunaan sejata mematikan calisto. Ternyata  penyalahgunaan senjata ini dipimpin  oleh john bosley yang sudah pensiun yang menjadi penghianat  dari agency yang sama dengan angels.

Perempuan seorang leader?
Untuk menembus relasi kuasa, perempuan harus bisa menembus dominasi patriarki, dalam film ini selain perempuan memiliki keterampilan spionase ternyata perempuan juga bisa menjadi "bosley"  atau pemimpin dalam badan investigasi. Bosley perempuan menggantikan posisi bosley laki laki (edgar) yang mati tertembak untuk melanjutkan kembali misi penyalahgunaan senjata mematikan calisto bersama para angels.


Maka untuk membangun kepercayaan dan menembus dominasi patriarki bosley perempuan membangun kepercayaan dan hubungan yang baik dengan bawahannya yaitu para angels. 

Pun dengan para angels yang selalu siap dengan apa yang diperintahkan oleh bosley perempuan dan menunjukkan kemampuan yang dimiliki dengan baik. Sehingga strategi bosley perempuan dalam memimpin misi bersama para angels menunjukkan kepada penonton bahwa pemimpin perempuan dapat berhasil menyelesaikan misi berbahaya bersama para angels. 

Wacana girl power berupa pemimpin perempuan ditunjukkan dengan kekompakan bosley perempuan bersama para angels dalam keberhasilannya menyelesaikan misi senjata calisto.

Relasi kekuasaan perempuan dalam film juga menunjukkan adanya proses menormalisasikan kekuasaan perempuan dalam feminisme adalah kuasa melawan laki-laki. Relasi antara perempuan dan laki-laki dibedakan dengan superioritas yang dimiliki, dalam film charlies angels lebih menonjolkan perempuan yang memiliki superiotas dan mendominasi pihak laki-laki. Feminisme yang diusung adalah feminisme cenderung melawan patriarki bukan feminisme yang menuntut kesetaraan. 

Narasi kekuasaan superioritas perempuan dengan wacana hiperfeminisme film ini menunjukkan bahwa seolah-olah feminisme adalah paham untuk melawan laki-laki. Sehingga kebenaran tentang feminisme cenderung diamini dan dinormalisasikan bahwa gerakan feminisme adalah gerakan melawan laki-laki atau gerakan untuk menunjukkan perempuan itu lebih tinggi dari laki-laki. 

Film memasukkan ideologi feminisme untuk menawarkan wacana girl power yang melegitimasi kekuasaan perempuan. Yang mana dalam film ini sosok laki laki ditampilkan sebagai sosok yang mampu dikalahkan oleh perempuan atau angels salah satunya dalam perkelahian. Film menampilkan wacana berupa narasi bahwasannya perempuan dalam gerakan feminisme adalah perempuan yang mampu melawan laki-laki. 

Padahal wacana yang seperti ini tidak sesuai dikarenakan kebenaran tentang gerakan feminisme adalah menuntut kesetaraan bukan untuk menjadi yang lebih dominan atau menjadi nomor satu. Sehingga melalui film ini terlihat adanya kekuasaan perempuan petarung yang dimiliki para angels sebagai bentuk girl power yang dinormalisasikan bahwa gerakan feminisme adalah gerakan perempuan melawan laki-laki bukan gerakan untuk menuntut kesetaraan.

Selain itu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline