Menjadi seorang yang dibekali dengan kelebihan mudah mengingat serta memahami sesuatu secara cepat, atau dalam arti memiliki kemampuan daya tangkap yang sangat baik, tentu merupakan sebuah anugerah yang luar biasa tak terkiranya dari Sang Maha Pencipta.
Jika orang lain membutuhkan waktu yang lama dan mesti mempelajari suatu hal berulang-ulang kali untuk bisa mengerti, berbeda halnya dengan saya, yang Alhamdulillah dengan amat baiknya Tuhan menganugerahkan kepada saya kemampuan untuk memahami sesuatu dengan amat cepat. Hal ini berlaku dalam proses belajar saya sebagai seorang mahasiswa.
Anugerah ini sudah saya sadari sejak lama. Oleh karena itu, pembelajaran dengan system menghafal kemudian maju ke depan satu per satu merupakan hal yang amat saya sukai, berbeda dengan sebagian orang yang lebih menganggap hal ini sebagai sesuatu yang menakutkan, dan membutuhkan persiapan yang cukup. Tak jarang jika ada tugas semacam itu, teman-teman saya sudah sibuk menghafal dari seminggu sebelumnya, sementara saya bisa dengan santai baru mulai menghafal paginya atau bahkan satu jam sebelum guru atau dosen saya masuk kelas. Tetapi hasilnya Alhamdulillah sama baiknya dengan mereka yang sudah mempersiapkannya sejak seminggu yang lalu.
Hal itu juga kadang berlaku untuk ujian semester. Jika teman-teman saya sudah mulai sibuk menyiapkan diri dengan membahas ulang materi-materi yang telah diberikan dosen dari jauh-jauh hari, minimal satu minggu sebelum ujian, maka saya bisa dengan santainya menggunakan system kebut semalam, biasanya saya bangun dini hari untuk solat tahajud, kemudian saya mulai mempelajari materi-materi yang akan diujikan. Dan Alhamdulillah memang mudah sekali materi-materi itu menempel di otak saya. Selain mungkin karena pikiran yang masih jernih juga di jam-jam segitu, apalagi setelah menyempatkan mengobrol dengan Sang Pencipta dahulu. Otak serasa menjadi jernih, dan mudah sekali menghafal serta memahaminya.
Segala kemudahan-kemudahan yang saya rasakan tersebut, pada suatu ketika berubah menjadi sebuah kesulitan yang luar biasa. Dimana karena saya merasa memiliki kelebihan seperti itu, saya seolah menggampangkan semua hal yang saya hadapi, dan merasa bisa menyelesaikannya dengan waktu yang cepat, atau dengan mendadak. Saya jadi menganggap bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan mendadak membuat saya menjadi merasa seperti tertantang, dan membuat saya mengeluarkan energy yang lebih ekstra lagi untuk menyelesaikannya, atau kalo orang lain menyebutnya dengan terburu-buru.
Suatu hari menjelang ujian semester, saya jatuh sakit. hal ini membuat saya lemas, dan tidak bersemangat untuk melakukan apapun, termasuk untuk belajar. Inilah yang lupa saya sadari selama ini. Mungkin karena terlalu sombong dengan kelebihan yang saya miliki. Sehingga saya lebih senang mempersiapkan segala sesuatunya secara mendadak, walaupun sebenarnya saya punya banyak waktu untuk mempersiapkannya.
Saya tidak berfikir sejauh itu. Saya tidak berfikir bahwa hidup tidaklah semulus rencana kita. Tentu saya tidak tahu jika saya akan sakit pada saat ujian, dan tentu ini membuat saya tidak bersemangat serta tidak berdaya untuk belajar. Lalu apa yang akan terjadi dengan ujian besok? Sementara saya belum mempersiapkannya. Karena saya pikir saya bisa belajar mendadak lagi, namun teryata tubuh saya bereaksi lain.
Pada akhirnya saya dapat memetik sebuah pelajaran yang amat berharga. Dimana untuk mendapatkan hasil yang maksimal tentu harus melalui proses yang maksimal juga. Melakukan sesuatu serba mendadak bukanlah sesuatu yang patut dipertahankan, karena kita tidak tahu hal-hal apa yang akan menimpa kita. Seperti ketika saya merencanakan untuk belajar pada dini hari saat ujian, pada saat itu tentu saya belum mengetahui bahwa saya akan sakit. Jangankan untuk belajar dini hari, untuk bangun saja saya belum tentu mampu. Ini akan berbeda jika saya sudah mempersiapkannya sejak jauh-jauh hari, saya tidak akan dilanda ketakutan dalam menghadapi ujian esok harinya. Karena walaupun malamnya saya tidak belajar, saya sudah memiliki persiapan yang baik.
Kemudian untuk kelebihan yang saya miliki tersebut, seharusnya bukan berarti membuat saya menjadi menggampangkan segala sesuatu. Seharusnya kelebihan ini justru membuat saya lebih mengoptimalkannya lagi, yaitu mungkin jika saya belajar dari jauh-jauh hari dan didukung dengan kelebihan yang saya miliki ini, mungkin hasil yang saya capai akan jauh lebih maksimal lagi. Kelebihan ini Tuhan maksudkan untuk saya syukuri, yaitu dengan cara mempersiapkan diri sejak jauh hari. Hasilnya pastilah akan jauh lebih memuaskan, dan mungkin otak saya pun akan lebih rileks. Saya kira teman-teman dapat mengambil pelajaran dari kisah ini. Agar kiranya kita menjadi manusia yang lebih bersyukur lagi atas kelebihan yang Tuhan berikan, bukan malah membuat kita menjadi terlena dengan kelebihan yang kita miliki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H