Lihat ke Halaman Asli

Babi Ngepet....

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Desas desus itu sebenarnya sudah sampai ditelinganya, tapi Haji Ramli masih memilih diam. Pertama tentu saja dia masih berduka, kepergian anaknya yang tiba tiba dan tragis sudah cukup membuat energinya habis. Dia tahu semua itu adalah kehendakNya. Tapi toh tak urung deraian airmata seakan tidak mau berhenti. Bagaimana tidak dua orang yang ia cintai pergi hanya dalam waktu yang berbeda menit saja. Anaknya dan Ibunya tercinta. Dan hari itu dia harus mengantarkan dua keranda sekaligus ke tempat peristirahatan terakhir. Kecelakaan tragis yang merenggut nyawa anaknya, disusul kematian Ibundanya karena sakit yang sudah lama. Dan itu terjadi di hari yang sama.

Saat dia bergulat dengan kesedihan dan berusaha memahami takdir Ilahi, telinganya menangkap desas desus itu. Desas desus yang cukup membuat kesedihannya bertambah berat. Dia tidak mengerti betapa Allah begitu menyayanginya sampai ujian ini datang bertubi tubi. Semua berawal dari pagi itu, sebulan setelah kepergian orang yang dicintainya, setelah hatinya mulai tertata dia pergi ke pasar. Istrinya yang masih didera kesedihan mengalami sakit, pagi itu dia memutuskan membeli sendiri sayuran ke Pasar. Saat penjual sayur bertanya mengapa dia yang belanja. Dengan lugunya dia menjawab istrinya sakit tidak bisa bangun dari tempat tidur. Dia tidak paham disitulah fitnah itu semakin merajalela. Dia tak paham sampai kemudian jupri sopirnya menyampaikan berita itu dengan muka prihatin.

Babi ngepet, ya ternyata hari itu ada isu tentang babi ngepet, binatang jadi jadian yang dijadikan orang untuk mencari kekayaan. Kecelakaan anaknya yang tragis, kematian ibunya serta kebetulan istrinya sakit diwaktu bersamaan dengan isu babi ngepet yang ketahuan orang dan dikejar serta menghilang di sekitar rumahnya. Membuat orang orang percaya dengan isu ituy. Ditambah memang dia adalah pendatang baru yang dianggap cukup mempunyai kekayaan.

Awalnya dia tidak ingin menanggapi, tapi saat melihat istrinya berurai airmata dalam diamnya, dia paham istrinya sudah mendengar isu tersebut. Dia bertekad mengusut semua. Mengusut orang yang begitu keji menyebarkan fitnah tersebut. Dan orang itu adalah ani tetangga jauhnya yang pernah mengajukan kredit di BMTnya dan terpaksa ditolak karena memang tidak layak.

Dia lalu menghadap Pak RT meminta semua diselesaikan, meminta fitnah itu diluruskan dengan mendatangkan Ani. Awalnya dia berkeinginan melakukan sumpah pocong tapi kemudian dia batalkan karena ia tahu itu tidak dibolehkan. Tapi kemudian saat Ani bersumpah demi Allah melihat Babi itu masuk ke rumahnya walaupun tidak ada saksi lain dia merasa tidak ada gunanya membantah. Apalagi Ani mengeluarkan sesumbar dia berani digantung dibawah pohon beringin lapangan desa kalau dia bohong. Dia semakin terpojok. Dan memutuskan untuk diam,karena dia yakin pertolongan Allah akan datang kalau dia mau bersabar. Dengan badan lunglai dia pulang. Tetap dengan tuduhan memelihara Babi ngepet.

Dan pagi itu dia terkejut saat jupri datang tersaruk saruk dengan muka pucatnya membawa sebuah khabar  yang membuat sebagaian hatinya lega tapi juga miris. Ani ditemukan meninggal menggantung dibawah pohon beringin. Persis sesuai dengan sumpahnya. Entahlah apakah ini yang dimaksud pertolongan Allah? Entahlah.

Nun jauh disana, pardi suami Ani tertunduk lesu, ya dialah yang menggantung Ani, karena dia tahu Ani bohong. Dia hanya menolong Ani menjalankan sumpahnya……………




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline