Pada zaman dahulu, nenek moyang kita membuat kalender berdasarkan berbagai perhitungan seperti astronomi, pergantian musim, peristiwa politik, hingga prediksi kiamat. Ini menimbulkan pertanyaan, kenapa sistem kalender kita memiliki 12 bulan dalam setahun? Awalnya, sistem kalender Romawi hanya memiliki 10 bulan atau 304 hari dalam setahun. Namun, jumlah ini dianggap kurang tepat karena tidak sinkron dengan pergantian musim.
Untuk memperbaiki masalah ini, Kaisar Romawi Numa Pompilius menambahkan dua bulan baru, yaitu Januari dan Februari. Setelah itu, kalender disempurnakan lagi oleh kalender Julian, yang dinamai dari Julius Caesar. Kemudian, ketika ilmu pengetahuan dan astronomi berkembang di Eropa, kalender Julian digantikan oleh kalender Gregorian yang kita gunakan hingga hari ini.
Kalender Julian menandakan bahwa satu tahun adalah 365,23 hari, kelebihan 11 menit dari perputaran bumi terhadap matahari. Meskipun 11 menit terdengar kecil, kelebihan ini dapat menumpuk setiap tahunnya dan menyebabkan kalender harus disesuaikan setiap 128 tahun sekali. Oleh karena itu, diperkenalkanlah kalender Gregorian yang menyatakan bahwa satu tahun adalah 365,2425 hari, yang lebih akurat.
Sejarah kalender kita menyimpan banyak cerita dan perhitungan yang panjang. Kalender Gregorian lebih akurat menggambarkan perputaran bumi terhadap matahari dan telah digunakan oleh dunia hingga saat ini. Dari sini kita tahu bahwa kalender bukan hanya alat penunjuk waktu, tetapi juga hasil dari sejarah panjang peradaban manusia.
Sekarang, dengan mengetahui sejarah dan perhitungan di balik kalender kita, semoga kamu tidak lagi malu untuk memajang kalender di rumah. Kalender sama trendinya dengan memajang lukisan dan poster di dinding rumahmu. Nikmatilah setiap momen yang tercatat di kalendermu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H