Lihat ke Halaman Asli

Achmat Amar Fatoni

Mahasiswa Universitas Brawijaya

Kesetaraan Gender dalam Dunia Kerja

Diperbarui: 10 September 2024   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gender gap/its.ac.id

Malang, 10 September - Di sebuah pabrik tekstil yang membentang luas di pinggiran kota, Alia bekerja keras di samping mesin jahitnya. Jarinya lincah menari di atas kain, menciptakan pola-pola indah yang akan menghiasi pakaian-pakaian mahal. Setiap hari, Alia memulai paginya dengan semangat yang sama, namun di balik senyumnya tersimpan sejuta harapan dan juga kegelisahan.

Alia adalah satu dari sedikit perempuan yang bekerja di bagian produksi. Mayoritas pekerja di pabrik ini adalah laki-laki yang mendapat upah lebih tinggi dan posisi yang lebih strategis. Meskipun sama-sama berkeringat dan bekerja keras, Alia merasa ada jurang yang dalam memisahkan dirinya dengan rekan-rekan prianya.

Suatu hari, Alia bertemu dengan seorang perempuan muda bernama Dara yang baru saja diterima bekerja di bagian desain. Dara memiliki ide-ide kreatif yang segar dan semangat yang membara. Dara tidak hanya mendesain, tetapi juga sering turun langsung ke lapangan untuk melihat proses produksi.

"Aku kagum dengan ketelitian dan kecepatanmu dalam menjahit, Alia," puji Dara.

Alia tersenyum tipis. "Terima kasih, Mbak Dara. Tapi kadang aku merasa pekerjaan kita tidak sebanding dengan upah yang kita terima."

Dara mengangguk mengerti. "Aku tahu persis perasaanmu. Tapi kita tidak boleh menyerah, Alia. Kita harus terus membuktikan bahwa perempuan juga mampu berkontribusi besar dalam industri ini."

Pertemuan dengan Dara membangkitkan kembali semangat Alia. Ia mulai aktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan perusahaan, termasuk pelatihan kepemimpinan. Alia juga bergabung dengan sebuah komunitas perempuan pekerja yang sering mengadakan diskusi dan berbagi pengalaman.

Suatu ketika, pabrik mengalami kendala produksi yang cukup serius. Banyak pesanan yang tertunda karena kurangnya tenaga kerja yang terampil. Manajer produksi kebingungan mencari solusi.

Melihat situasi tersebut, Alia mengusulkan sebuah ide. Ia menyarankan agar perusahaan memberikan kesempatan kepada para pekerja perempuan untuk mengikuti pelatihan khusus sehingga mereka dapat mengoperasikan mesin-mesin yang lebih kompleks.

Awalnya, usulan Alia mendapat banyak tentangan. Namun, dengan dukungan dari Dara dan beberapa rekan kerjanya, Alia berhasil meyakinkan manajemen. Akhirnya, perusahaan mengadakan pelatihan khusus bagi para pekerja perempuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline