Ketika saya melihat banyak orang tua disekeliling saya, yang jika dilihat begitu mengharukan. Setiap apa yang ia perjuangkan selalu memiliki kekuatan magic yang akan memperindah kehidupan anak anak mereka. Terkadang juga saya berpikir, mungkin benar kata orang jika orang tua adalah malaikat tak bersayap yang memang dikirim oleh tuhan sebagai hadiah bagi mereka yang beruntung. Ya, mereka yang beruntung dapat menyadari itu sebelum terlambat, mereka yang menyadari jika doa keduanya adalah mantra tersakti di dunia ini.
Namun anehnya ketika saya mengamati banyak orang tua disekeliling saya yang berjuang begitu keras, ada beberapa kesamaan yang sering saya temukan. Para orang tua ini akan selalu berharap anak mereka akan menjadi lebih baik dari pada mereka, menjadi orang yang lebih sukses dari pada orang tuanya, menjadi orang yang lebih makmur dari pada orang tuanya.
Namun, sayang seribu sayang ada hal tersirat yang tersimpan dalam harapan mulia itu. seperti kata pepatah buah tak jatuh jauh dari pohonya, tunas tunas yang para orang tua perjuangkan kesuksesanya ini perlahan akan mengikuti dorongan dan terkadang sedikit paksaan dari orang tua mereka untuk menjadi seseorang yang lebih baik dari pada pendahulunya. Tanpa sadar hal ini akan mengakibatkan anak anak ini menjadi sosok yang dapat menghalalkan segala cara untuk mencapai apa yang ia inginkan, terutama puncak kesuskesan yang mereka inginkan.
Apa yang kau tanam, itu yang kau petik. Terkadang orang tua lupa jika jauh diatas sebuah kesuksesan, ketulusan dan jiwa yang mulia lebih dibutuhkan. Dengan adanya doktrin pada anak tentang makna dari kesuksesan adalah dengan memiliki banyak harta yang dipercaya dapat mententramkan kehidupan, ataupun mencapai kesuksesan dengan pendidikan dan karir yang cemerlang menjadikan anak perlahan akan mengerti jika kehidupan didunia ini sulit, dan akan membentuk pola pikir bahwa setiap hubungan adalah persaingan, setiap hubungan harus menguntungkan dan sebagainya.
Namun akan berbeda cerita jika orang tua mengubah cara bermain merebutkan kesuksesan didunia dengan cara yang lebih halus. Tanamkan saja sikap dan sifat mulia pada anak sejak dini, ajarkan public speaking yang baik, problem solving, dan berikan kehidupan mereka. Biarkan anak anak memilih apa yang ia inginkan, namun berilah dasar keimanan spiritual yang akan menjadi tameng dalam kehidupanya.
Jangan memaksa mereka menjadi anda, atau menjadi pewujut mimpi anda yang tidak tersampai dahulu, karena mereka bukan anda namun tidak akan dapat terpisah dari jiwa anda. Menjadi sosok dengan pribadi mulia lebih dibutuhkan dalam kehidupan dari pada mereka yang sukses dengan materi, pendidikan dan karir namun minus dalam hal kepribadian. Dengan pribadi yang unggul akan menciptakan hubungan yang baik dengan masyarakat sehingga hal ini akan mendatangkan orang orang baik disekitar anak, juga pendidikan dan karir yang disertai budi pekerti akan lebih mudah untuk menjadi sesuatu yang lebih menguntungkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H