Lihat ke Halaman Asli

Pernah Saya Berbau Amis

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pernah suatu kala,
saya berdiri di tengah hutan
harusnya rindang, harusnya hijau
tapi nyatanya cuma gurun pasir
dengan angin yang membentuk badai
menebus setiap kering.

Pernah suatu kala,
saya berendam di sebuah danau
yang dingin, yang biru penanda kedalaman
tapi ternyata cuma comberan
berkumpul air cokelat yang susah hilang
bila terpercik ke kulit.

Pernah suatu kala,
saya melayang di udara
di mana sayap tak pernah patah
lagi-lagi nyata bahwa ini cuma ruang hampa
menyeruput segala logika
hingga jatuh terjerembab karenanya.

Pernah suatu kala,
saya ke tempat pejagalan sapi
yang darahnya mengalir di setiap inchi lantai
berlomba dengan guyuran air dari lubang selang kecil
menghilangkan bau-bau tak sedap yang tak mau bersembunyi
nyatanya saya tertipu, bukan tempat itu yang amis, tapi saya.
--Jogjakarta, 17 april 2012 17:40--
--bau amis ruangan hitam itu masih ada--




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline