Lihat ke Halaman Asli

Dua Sisi

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lampu berubah menjadi hijau, suara kendaraan kembali bersahut-sahutan. Aku memacu mobil dengan kecepatan stabil ketika sebuah sepeda motor memotong dari arah kiriku. Di depan kemudi aku menjerit terkejut, sepeda motor itu hampir menabrak bagian depan mobil. Kulihat sekilas seorang lelaki dengan perempuan berkerudung duduk di boncengan, melaju di antara kendaraan-kendaraan yang memang sudah tak terlalu padat.

Pada perempatan berikutnya aku kembali menjumpai mereka, sepasang manusia pengendara sepeda motor tadi. Mereka berhenti di garis pembatas jalan, di belakangnya berjejer beberapa sepeda motor lain, kemudian mobilku. Sembari menunggu lampu berganti hijau, kuperhatikan mereka untuk membunuh bosan. Sepeda motor berukuran besar dan gagah, dilapisi warna merah yang dominan. Perempuan berkerudung duduk dengan posisi sedikit menungging, hingga seluruh tubuhnya bertumpu di punggung sang lelaki. Aku mengernyitkan dahi melihat pemandangan yang kurang menyenangkan itu. Kuperhatikan lagi keduanya mengenakan helm berwarna serupa, abu-abu. Aku menepis pikiran buruk, mencoba berbaik sangka, mungkin mereka suami istri.

Suara klakson dari belakang menyadarkanku, kendaraan di samping dan di depan telah mulai bergerak maju, aku menginjak pedal gas perlahan. Sekian meter dari perempatan, sepeda motor itu memperlambat lajunya. Si lelaki mendekatkan kepala ke arah perempuannya, sepertinya sedang berbicara. Lalu sang perempuan merangkul dari belakang, kedua tangannya diletakkan di antara paha si lelaki. Aku lagi-lagi mengernyitkan dahi, tanpa kusadari. Dan kembali aku menepis pikiran buruk sendiri, mungkin pasangan baru, euforia bulan madu.

Aku melirik jam di dashboard mobil, pukul sebelas malam, kuputuskan mempercepat laju dan meninggalkan tontonan di depan. Ketika mobil sedan yang kukendarai melewati mereka, aku mengernyitkan dahi kesekian kali. Cukup jelas kukenali perempuan berkerudung di boncengan si lelaki. Dari spion kuamati mereka berbelok masuk ke sebuah hotel. Sebelum muncul prasangka buruk lainnya, aku membatin dalam hati, mungkin istriku yang tadi sore pamit pergi ke acara reuni, janji berjumpa dengan teman-temannya di hotel melati.

###

Jakarta, 16 Juli 2011

-----

Suka tulisan saya? Silahkan main ke BLOG ini. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline