Lihat ke Halaman Asli

Saturday Night ala Suede

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13007203001255962736

[caption id="attachment_97424" align="aligncenter" width="640" caption="doc. pribadi"][/caption]

19 Maret 2011, Sabtu malam kemarin, Suede sukses menghibur penggemar setianya di Jakarta, Indonesia. Setelah delapan tahun yang lalu Suede datang tanpa Neil Codling si gitaris yang merangkap sebagai keyboardis, kali ini mereka kembali dengan formasi lengkap.

Dalam acara yang diselenggarakan oleh Blackberry dengan bantuan Ismaya Live ini, ada beberapa artis lain yang tampil, seperti 2PM, boyband asal Korea, juga penyanyi RnB Shontelle dan Taio Cruz. Melihat deretan nama tersebut, dengan mudah bisa ditebak bahwa malam itu, Jakarta  International Expo arena PRJ Kemayoran, ramai oleh remaja-remaja penggila boyband dan musik RnB. Sementara, fans Suede sendiri dengan mudah bisa dikenali dari cara berpakaian, dan juga usia yang sudah dewasa.

Suede, adalah sebuah band yang terbentuk sejak awal tahun '90-an. Nama Suede kemudian meroket setelah album Dog Man Star menduduki peringkat ketiga dalam UK Album Chart pada tahun 1994. Sejak itu banyak lagu dan album Suede yang tercatat menjadi lagu-lagu dengan peringkat tertinggi di beberapa negara. Namun kesuksesan itu berakhir pada tanggal 5 November 2003, dimana sang vokalis, Brett Anderson dengan tegas mengatakan tidak akan ada lagi rekaman di bawah nama Suede, untuk waktu yang tidak ditentukan. Pernyataan resmi bubarnya group band ini hanya selang beberapa bulan setelah Suede datang ke Indonesia untuk konser pertamanya, pada Januari 2003.

Saya tiba di Arena PRJ Kemayoran pukul delapan malam, tepat sesaat setelah 2PM selesai membawakan empat lagu sebagai opening act dalam acara ini. Pada jadwal yang tertera di rundown acara, Suede seharusnya tampil pukul 22.20, maka saya memutuskan untuk menunggu sambil mengisi perut. Awalnya saya berniat untuk mencari makanan di venue, tapi begitu melihat sebuah tempat makan di bagian dalam arena PRJ (tapi di luar pagar pembatas acara Live & Rockin ini) saya menyimpulkan di balik pagar sana tak ada yang menjual makanan. Karena berdasarkan pengalaman menyaksikan acara musik di tempat yang sama, kafe atau restoran di luar tempat terselenggaranya acara, biasanya ditutup untuk meningkatkan penjualan stand makanan.

Satu setengah jam kemudian, setelah penampilan Shontell dan Taio Cruz selesai, saya bersama seorang teman berjalan ke arah venue yang dibatasi oleh pagar tepat di tengah arena PRJ. Dalam perjalanan menuju ke pintu masuk, beberapa calo berusaha menghentikan langkah saya dengan menawari tiket masuk seharga seratus ribu rupiah.

SERATUS RIBU RUPIAH! Saya tersentak kaget. Mengingat ketika promosi acara ini berlangsung sejak dua bulan yang lalu, bagi yang ingin menonton harus membeli satu buah Blackberry keluaran terbaru untuk bisa mendapatkan dua tiket acara. Saat itu saya terbayang wajah beberapa kawan yang saya tahu adalah fans loyal dari Suede, namun berhalangan hadir karena terkendala membeli tiket seharga satu buah smart phone baru. Meski saya mendapatkan tiket secara gratis, mendapati kejadian itu, saya merasa kecewa terhadap Ismaya Live sebagai event organizer yang mengatur jalannya acara. Tak hanya itu, sesampainya di dalam, saya melihat ada sebuah stand makanan yang membangkitkan rasa sesal saya karena di tempat saya mengisi perut tadi, harganya sangat tidak normal. Saya menyesalkan tidak adanya sosialisasi penyelenggara acara tentang stand makanan ini.

Saat saya masuk ke dalam Hall A, dimana semua pengisi acara tampil, para gadis muda sudah bersiap-siap untuk pulang. Yang tinggal di dalam, mayoritas adalah orang-orang dengan kisaran usia dua puluh tahun ke atas. Kurang lebih selama sepuluh menit Fahrani dan Daniel, sebagai MC, menghabiskan waktu berinteraksi dengan para penonton sambil membagikan beberapa merchandise gratis. Setelahnya, lampu panggung dimatikan. Kemudian terlihat bayangan beberapa orang mengambil posisi di atas panggung.

Sebuah lagu langsung dimainkan tanpa aba-aba. This Hollywood Life dari album Dog Man Star, tidak salah dipilih sebagai lagu pembuka malam itu. Meski tak cukup ramai, tapi sebagian penonton langsung ikut bernyanyi bersama. Tanpa jeda dan basa-basi sama sekali, Suede langsung melantunkan lagu kedua, She.

Seperti tak kenal lelah, Suede berturut-turut memainkan lagu Trash, Filmstar, Animal Nitrate, dan We Are the Pigs. Brett Anderson yang telah menginjak usia 43 pun tetap tampil dengan sempurna. Berbalutkan kemeja tangan panjang dan jeans berwarna hitam, pentolan Suede itu berlari ke sana kemari menyapa penggemarnya di setiap sudut panggung. Badannya masih terlihat lincah dan begitu lentur meliuk-liukkan badan mengikuti alunan melodi lagu.

Saat adrenaline penonton tengah berada di puncak karena lagu-lagu berirama menghentak sebelumnya, Suede mencoba mendinginkan suasa dengan membawakan By The Sea, sebuah lagu balada dari album Coming Up. Penonton benar-benar hampir tak berhenti ikut bernyanyi sejak awal Suede menginjakkan kaki ke atas panggung. Dan sesudah lagu balada tersebut selesai, Brett Anderson akhirnya berhenti sebentar mengambil nafas sambil menyapa penggemarnya dengan ucapan, "terimakasih".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline