Lihat ke Halaman Asli

Teguran Allah dan Kencleng Ummat

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

sepulang kuliah tadi, menyempatkan kaki melangkah menyusuri teras rektorat.. mata mencari-cari kotak kaca besar berisi tumpukan uang kertas dan receh.. lalu memasukkan uang tak seberapa ke dalamnya.. kemudian meninggalkan rektorat dan bergegas pulang.. tersadar, sudah beberapa minggu ini kotak kencleng dikamar yang sengaja ku pinta langsung dari sebuah yayasan sosial untuk anak yatim, lama tak terisi.. hanya berisi receh yang tak seberapa dan uang kertas yang juga masih sangat sedikit..

Sedih bila ku ingat, ketika dulu bertekad kuat, semoga kelak dengan adanya kencleng itu di dekat cermin kamarku, bisa ku isi setiap harinya.. agar setiap hendak berdandan merapikan jilbabku.. setiap hendak rapi-rapi sebelum beraktifitas kuliah, kencleng itu tak luput dari pandanganku.. ahh.. begini kiranya bila rezeki sedang mencukupi, tak terasa melenakan.. uang dibiarkan begitu saja.. tanpa pernah melirik kencleng itu kembali.. merasa malu pada Allah.. menjadi hamba yang mudah sekali terlena dengan kelapangan.. dengan kemudahan.. nanti bila tiba giliran datang ujian, azzam menghujam dalam untuk selalu menyisihkan beberapa uang setiap harinya.. kencleng selalu menarik hati dan tangan agar bersegera menyisihkan beberapa uang jajan.. ada apa ini?? :'(

Ya.. sepanjang perjalanan pulang hanya mengingat kencleng itu.. hingga tiba di boulevard tak jauh dari kopma kampus.. dari kejauhan melihat seorang ibu-ibu dengan menggendong anaknya yang tersenyum melihat ku dari kejauhan.. semakin dekat jarak kami, aku menyapa sang ibu dan anak yang di gendongnya.. ku kira, ibu tersebut sedang menunggu jemputan, dengan payung yang dibiarkannya bersandar pada pohon dipinggiran boulevard.. setelah ku sapa, hendak berlalu.. sang ibu memanggilku..

“Mba.. mba.. saya bisa minta tolong nda?”, pinta nya dengan senyum yang terkesan dipaksakan..

“oh iya bu, minta tolong apa nggih?”, aku menghentikan langkah, membalikkan badanku melihat sang ibu

“saya tadi habis kecopetan di angkot mba, saya mau pulang, tapi nda ada uang..”, nadanya mulai serius dengan nada suara yang gemetar..

“saya mau pinjem uang mba kalau boleh, nanti saya kembalikan atau gimana mba enaknya?”

saya melihat sang anak, iba langsung datang menghampiri.. saya ambil dompet yang mengeluarkan selembar uang..

“ibu mau pinjam berapa bu?” tanyaku kembali..

“tiga puluh ribu saja mba”, jawab beliau agak malu-malu

“oh ini bu, semoga membantu”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline