Lihat ke Halaman Asli

Hidup seperti Melempar Dadu?

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup seperti melempar dadu? Terdengar sedikit aneh. Tetapi terasa memang ada kemiripannya. Dadu adalah kotak yang di setiap sisinya terdapat lingkaran kecil yang menunjukkan angka yang berbeda-beda dan biasanya angka terbesarnya adalah enam. Dadu biasanya digunakan dalam board games untuk menentukan langkah atau rentetan permainan. Hal mengasyikan ketika bermain dengan dadu adalah ketika menunggu hasil angka yang muncul setelah melempar dadu.

Hidup ini adalah serangkaian keputusan dan tindakan untuk mengeksekusi keputusan tersebut. Sebelum keputusan diambil, terutama keputusan penting, kita sering melakukan perencanaan yang tingkat detailnya berbanding lurus dengan arti atau nilai penting akibat dari keputusan tersebut. Setelah keputusan diambil kita mulai bertindak mengeksekusi keputusan tersebut dan kemudian setelah semua ikhtiar yang kita lakukan, ada saat ketika kita harus menunggu hasilnya, hasil akhir yang dipengaruhi oleh banyak faktor, internal dan eksternal. Terdengar seperti bermain dadu. Sebelum dadu dilempar kita menimbang dulu angka (hasil akhir) apa yang kita inginkan dan melakukan persiapan seperti melemaskan tangan, memikirkan teknik melempar tertentu dan berkonsentrasi. Kemudian kita melemparnya (eksekusi). Dan kemudian dadu berguling, berputar dan akhirnya kita memperoleh angkanya (proses menunggu dan menerima hasil akhir).

Sesederhana itu? Ya jika yang bermain hanya satu atau dua orang saja. Tetapi dalam kenyataannya jumlah pemain dalam sebuah arena bisa mencapai jumlah yang banyak, puluhan, ratusan bahkan tidak terhingga. Ingin rasanya kita tidak bermain dengan banyak pemain, katakanlah hanya dengan satu atau dua pemain lain (yang kita kenal baik) tetapi ada ruang kebebasan bagi pemain lain untuk ikut bermain dan menentukan arenannya meskipun kita memiliki keleluasaan juga menentukan jumlah pemain dan bentuk arenanya. Sebuah kondisi yang membuat Anda mempertanyakan “keleluasaan”. Anda mungkin tidak senang dengan dan mencoba berusah keras menegasikan chaos theory, tetapi betapa pun Anda meinginginkan yang terstruktur dan terukur baik, elemen kekacauan itu mungkin dan bisa benar-benar datang. Di sebuah sisi ekstrem, ada orang yang suka dan menikmati elemen kekacauan ini, orang yang kemudian biasanya mengklaim dirinya petualang, dan di sisi ekstrem lain ada orang yang tidak suka atau sangat membenci elemen kekacauan ini, orang yang biasanya mengklaim dirinya sebagai non-petualang.

Perhatikan contoh disederhanakan berikut ini. Dadu yang akan dimainkan katakanlah bernama dadu mencari pasangan hidup. Dalam permainan ini setiap pemain melempar dadu dan kalah-menangnya ditentukan oleh kesamaan atau kedekatan angka, semakin sedikit selisihnya maka semakin besar kemungkinan menangnya. Pemain A telah mempersiapkan segala strategi untuk permainan ini, dalam bentuk persiapan perbekalan informasi dan persiapan kondisi fisiologis dan psikologis untuk memenangkan permainan ini. Pemain A berharap hanya ada satu pemain lainnya yaitu pemain B, seseorang yang dia harapkan menjadi pasangan hidupnya, dan berharap angka akhir dadunya sama atau mendekati angka akhir dadu pemain B. Sampai sejauh ini semuanya bisa dianggap lancar oleh pemain A.

Ketika pemain A akan melempar dadunya, datang pemain C yang juga siap dengan dadunya. Sebuah kondisi kacau yang pasti tidak diinginkan oleh pemain A. Tetapi pemain A tidak memiliki keleluasaan untuk menyingkirkan pemain C karena pemain B memberikan ruang untuk pemain C ikut bermain. Permainannya menjadi tidak sederhana lagi. Mungkin pemain A akan menarik diri karena kekacauan ini bisa saja melebar sehingga muncul pemain D, E, atau F atau justru pemain A akan merasa tertantang dan menjadi “petualang” dalam konteks bermain permainan ini. Keputusan akhirnya selalu ada ditangannya.

Mungkin masih terdengar sederhana sejauh ini. Jika dianalogikan dengan hidup, seseorang mungkin akan mengklaim tentu saja permainan dadu tersebut harus lebih rumit. Ya benar. Selain kerelatifan jumlah pemain seperti yang disampaikan diatas, pengacuan nilai pada angka dan jumlah angkanya sendiri pada dadu juga tidak sesederhana apa yang kita alami di permainan board games. Angka enam bagi seseorang mungkin memiliki nilai dan arti yang berbeda dengan nilai dan arti orang lain untuk angka yang sama dan mungkin dadunya sendiri memiliki angka lebih dari enam atau “diluar standar”. Dadu-dadu yang beranekaragam dan bentuk ini, seringkali, saling dilemparkan oleh pemain dalam jumlah banyak dan membuat benturan dan singgungan yang akan mempengaruhi putaran dan nilai akhir.

Seringkali kita merasa jengkel atau dalam tingkat lebih rendah, merasa tidak nyaman, karena lemparan kita yang dilandasi pada persiapan yang cukup matang akhirnya harus bersinggungan dengan lemparan serampangan atau sembarangan orang lain yang membuat hasil akhirnya jauh seperti yang kita harapkan. Sebuah situasi yang sekali lagi menjadi dasar pembenaran unsur kekacauan dalam hidup. Ada beberapa karakter yang justru memang menikmati kekacauan ini dengan melempar serampangan dan sembarangan dan kemudian tergopoh-gopoh melihat hasil untung-untungannya. Beberapa pemain didekatnya mungkin memandang ke arahnya dengan tatapan tidak nyaman, tetapi pemain dengan karakter ini biasanya tidak peduli dengan pemain-pemain lain. Namanya juga untung-untungan dan bagi mereka hidup memang tidak lebih dari untung-untungan. Tentu saja mereka adalah tipe pemain yang tidak disukai oleh pemain tipe serius yang melakukan pertimbangan dan pengukuran hati-hati sebelum melempar.

Pemain petualang atau non-petualang bisa masuk dalam kategori tipe untung-untungan atau tipe serius tetapi seseorang bisa saja menyimpulkan tipe yang terbaik adalah pemain petualang dengan tipe serius. Dari semua jalur yang dia pilih pemain petualang dengan tipe serius ini bisa saja menemukan dirinya justru berada jauh dari kerumunan dan bertemu dengan pemain-pemain dengan karakter yang sama di sebuah arena dimana mereka bisa mengelola dan mensikapi kekacauan dengan baik. Arena yang kerap mereka sebut dengan keheningan dan kesadaran yang sebenarnya.

Hidup memang sebuah permainan dan sulit untuk disangkal bahwa kitalah yang bermain didalamnya. Kitalah pemainnya bukan obyek yang lain. Pemain yang baik adalah pemain yang sadar akan posisi dan jatidirinya dalam permainan ini, permainan yang disebut kehidupan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline