Jalan Tunjungan adalah salah satu ikon kebanggaan kota Surabaya. Sejak zaman dulu, jalan ini sudah menjadi tempat nongkrong arek-arek Suroboyo. Tak hanya itu, jalan ini juga menjadi saksi sejarah perjuangan arek-arek Suroboyo pada zaman kolonial dulu. Hotel Yamato atau yang kini menjadi Hotel Majapahit, tetap berdiri tegak di Jalan Tunjungan.
Seiring perkembangan zaman, Tunjungan berubah menjadi pusat bisnis Surabaya. Meski tak menghilangkan sisi sejarahnya. Suasana muda-mudi berkumpul tidak dijumpai lagi di Jalan Tunjungan.
Namun, beberapa tahun terakhir ini, pemerintah Surabaya kembali menghidupkan Jalan Tunjungan sebagai tempat berkumpulnya muda-mudi Surabaya. Jalan Tunjungan disulap layaknya Malioboro di Yogyakarta. Di sepanjang jalan banyak cafe dan restoran, bangku-bangku taman cantik berada di trotoar yang berhiaskan lampu-lampu jalan.
Jalan Tunjungan kembali menjelma sebagai pusat hiburan di Surabaya. Beragam kuliner tersedia disini. Anak muda pun banyak berkumpul di malam hari, khususnya saat weekend.
Di tengah banyaknya restoran dan cafe kopi kekinian, di Jalan Tunjungan terdapat salah satu tempat yang menarik untuk dikunjungi. Pasar Tunjungan! Pasar Tunjungan menjadi tempat wajib yang harus dikunjungi saat mlaku-mlaku nang Tunjungan.
Pasar Tunjungan
Saat melangkah masuk, saya melihat tulisan "Pasar Tunjungan sejak 1979" dengan tagline "Pasar Kita-kita". Pintu masuk pasar, melewati stan Burgbol Burgerbar, yang tampak keren dari depan.
Di Pasar Tunjungan ini, kita bisa mencicipi berbagai jenis kuliner. Tak hanya kuliner khas Surabaya seperti Rujak Cingur saja. Ada banyak kuliner disini. Mulai dari yang tradisional hingga kekinian.
Pasar Tunjungan ramai menjadi jujukan anak-anak muda yang ingin nongkrong sekaligus makan enak. Pasar ini menyediakan banyak ragam kuliner di dalamnya. Mulai dari coffee shop, tempat makan estetik hingga warteg, juga ada di pasar ini. Tinggal dipilih sesuai selera.