Lihat ke Halaman Asli

Dian Kusumawardani

Haloo, saya adalah seorang ibu rumah tangga profesional. Bekerja paruh waktu sebagai pengajar Sosiologi dan Sejarah di BKB Nurul Fikri. Juga suka menulis dan sudah menghasilkan 6 buku antologi dan 1 buku solo. Saya juga seorang konselor laktasi dan blogger.

Lebaran Pertama Emak

Diperbarui: 23 Mei 2020   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

santriyai.com

Hilal telah tampak, pertanda Ramadan sudah di ujung jalan. Syawal sudah siap menyambut. Esok hari kemenangan akan tiba. Seluruh umat muslim akan merayakan hari kemenangan. Setelah sebulan penuh berpuasa dan menahan diri, tiba saatnya berbuka.

Biasanya saat ini rumah emak akan ramai. Semua anak, menantu dan cucu akan berkumpul. Empat orang anak yang merantau di berbagai kota akan pulang. Cucu-cucu akan berlarian di halaman rumah emak yang sangat luas.

Dapur pun tak berhenti mengepul. Beragam hidangan lebaran mulai dipersiapkan. Opor ayam, ketupat sayur, sambel goreng ati, kue-kue kering, kacang goreng, rengginang dan tape ketan akan disiapkan untuk disantap selepas shalat ied.

Tapi tidak untuk tahun ini. Tahun ini rumah emak sunyi senyap. Tak ada anak dan mantu yang pulang. Cucu-cucu pun tak lagi ada yang berlarian di halaman. Dapur emak pun senyap.

Pandemi covid 19 membuat pemerintah melarang kegiatan mudik lebaran. Anak-anak emak yang merantau tak bisa pulang tahun ini. Emak pun melarang anak-anaknya untuk pulang.

"Ora opo-opo yen ora muleh. Sing penting kebeh podo sehat". Begitu pesan emak kepada semua anaknya. Beruntung sebelum pandemi ini ada, emak sudah bisa menggunakan smartphone. Emak sudah lihai mengirim chat di WhatssApp bahkan setiap hari emak selalu menyempatkan melakukan video call kepada cucu-cucunya.

Aku adalah anak emak yang tinggal paling dekat darinya. Kami memang berbeda kota, tapi jarak tempuhnya hanya sekitar 20 km. Aku ingin sekali nekad pulang. Toh kota kami berdua belum menerapkan kebijakan PSBB.

Tapi niat itu kuurungkan. Aku tak mau membawa virus pada emak. Ya, emak memang aman karena selama ini selalu di rumah. Emak hanya keluar ke pasar itupun seminggu sekali. Ada kebun sayur di halaman belakang, sehari-hari emak memask sayur dari kebunnya sendiri. Hanya untuk lauk pauk emak harus kepasar.

Sedangkan aku? Aku masih sering keluar rumah. Kantorku membuat jadwal wfh (work from home) dua hari sekali secara bergiliran. Aku memang sehat sampai saat ini, tapi itu tak menghilangkan peluangku sebagai pembawa virus bukan? Jadi kuputuskan untuk tak pulang. Meski hatiku berat.

Aku tahu ini juga akan berat bagi emak. Ini adalah lebaran pertama emak seorang diri. Kepergian bapak tiga tahun lalu, membuat emak hanya merayakan lebarannya bersama anak dan cucunya. Kini emak harus berlebaran seorang diri. Tanpa kehadiran anak cucunya.

Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline