Kalau ditanya, apa iklan Ramadan yang paling berkesan, saya mantap menjawab ; Iklan Samber THR Kompasiana! Iklan ini tak hanya berkesan, tetapi juga selalu ditunggu. Tak hanya oleh saya, tetapi juga oleh Kompasianer lainnya, iya kan?
Keresahan Grup SAMBER THR
Hari Rabu, 22 April 2020 ada pesan masuk di WAG (WhatssApp Group) SAMBER THR. Sebelum saya cerita apa pesannya, saya mau memperkenalkan WAG Samber THR dulu ya. Jadi WAG Samber THR adalah wag yang dibuat tahun lalu. Pencetusnya Mbak Avy, senior Kompasiana sekaligus salah satu blogger panutan saya.
Mbak Avy, sengaja membuat grup ini agar kami yang ikutan Samber THR Kompasiana bisa saling mendukung. Selain mbak Avy dan saya, ada juga beberapa kompasianer lainnya seperti mas Hadi, mas Habibie, mbak Sri Subekti, mbak Tami dan mas Sehariadi. Kami pun saling mendukung sampai hari ke 33 Samber THR Kompasiana tahun lalu.
Setelah event Samber THR berlalu, grup tetap ada. Kami juga saling mendukung untuk setiap artikel di Kompasiana yang kami tulis. Makanya grup tetap ada hingga tahun ini.
Nah kembali ke pesan mbak Avy. Selain mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa, di pesannya mbak Avy bertanya-tanya tentang Samber THR Kompasiana tahun ini. Kenapa kok hingga H-2 Ramadan, iklan Samber THR Kompasiana belum ada. Padahal dulu sebelum puasa sudah mulai menulis.
Kami yang ada di grup juga bertanya-tanya. Bahkan mas Hadi pun sudah menulis, judulnya "Ramadan Tanpa Keseruan Menulis Samber THR". Ternyata nggak hanya mbak Avy yang rindu, mas Hadi juga. Dan kami semua yang di grup juga rindu. Rasanya kok kurang semarak jika Ramadan tanpa menulis Samber THR, hehe.
Pengalaman Samber THR 2019
Saya kembali terkenang Samber THR tahun lalu. Betapa saya yang pemula ini akhirnya bisa menulis full 33 hari. Bahkan ditengah kondisi yang sangat sulit.
Saat lebaran hari kedua, saya sekeluarga memgalami kecelakaan. Motor yang kami kendarai jatuh berguling-guling diatas jalan by pass Mojokerto. Saat itu kami berempat hendak mudik ke Mojokerto.
Diantara kami berempat yang paling parah adalah si bungsu. Dia berada di gendongan yang menempel di dada saya, saya terpental jauh. Dia juga ikut berguling-guling. Beruntung saat jatuh saya masih sadar dan reflek menutup kepalanya dengan tangan saya. Si bungsu tak memakai helem. Tapi pelindung kepalanya berlapis. Mulai dari kerudung, hoodie jaket dan topi gendongan. Meski tangan saya juga mendekap kepalanya, kepalanya tetap tergores dan ada retak sedikit.