Lihat ke Halaman Asli

Dian Kusumawardani

Haloo, saya adalah seorang ibu rumah tangga profesional. Bekerja paruh waktu sebagai pengajar Sosiologi dan Sejarah di BKB Nurul Fikri. Juga suka menulis dan sudah menghasilkan 6 buku antologi dan 1 buku solo. Saya juga seorang konselor laktasi dan blogger.

Idul Adha, Momentum Meneladani Ibrahim

Diperbarui: 12 Agustus 2019   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Shalat Idul Adha | Dokpri

Allahu akbar...
Allahu akbar...
Allahu akbar...
Laailaahaillallah...
Huwallahu akbar...
Allahu akbar...
Walillahilham...

Gema takbir bergemuruh, hari ini umat muslim merayakan Idul Adha. Idul Adha menjadi momentum yang tepat untuk memuhasabah diri. Belajar ikhlas dalam berkurban.

Saat Idul Adha, umat muslim disunnahkan untuk berkurban. Bisa dengan seekor kambing ataupun sapi. Sunnah berkurban ini dimulai sejak Allah mengganti Ismail dengan seekor kambing.

Setiap Idul Adha kita akan selalu mendengar kisah bagaimana Nabi Ibrahim dengan tegar melaksanakan perintah Allah. Menyembelih anak semata wayangnya, Nabi Ismail. Pun kita juga mengetahui bagaimana ketaatan Nabi Ismail kepada Allah dan ayahnya. Dia rela disembelih, jika itu adalah perintah Allah.

Kemarin pagi selesai melaksanakan shalat Idul Adha, khatib menceritakan tentang kisah Nabi Ibrahim. Namun bukan tentang bagaimana ketaatannya untuk menyembelih anaknya, yang menjadi awal mula sunnah berkurban. 

Melainkan tentang sifat-sifat teladan Nabi Ibrahim yang perlu kita contoh. Dimana dengan keteladanan Nabi Ibrahim akan membuat kita bisa menjalani kehidupan sekarang ini dengan lebih baik lagi.

Beberapa sifat-sifat keteladanan Nabi Ibrahim yang bisa kita amalkan antara lain :

1. Kritis

Nabi Ibrahim adalah orang yang kritis. Beliau tak kenal lelah mencari tahu siapa Tuhannya. Ibrahim yang tidak percaya pada patung-patung yang di buat ayahnya, mulai mencari tahu siapa Tuhan yang menciptakan semuanya.

Nabi Ibrahim tak kenal lelah mencari hidayah. Memilah yg baik dan buruk. Sebagaimana diceritakan dalam QS. Al An'am 75-79.

Sikap kritis ini perlu kita tepadani. Apalagi di era modern seperti sekarang ini. Tentu kita harus selalu kritis terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Tidak mudah percaya tanpa mencari tahu sumber kebanarannya. Dengan sikap kritis ini tentu kita akan terhindar dari hoax yang akhir-akhir ini mengancam integrasi bangsa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline