Lihat ke Halaman Asli

Dian Savitri

Seorang pengajar dan perantau

Dampak AI bagi Guru: Kemudahan atau Ancaman Produktivitas

Diperbarui: 13 September 2024   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai bidang, termasuk dunia pendidikan. Di Indonesia, guru kini semakin akrab dengan aplikasi berbasis AI seperti ChatGPT dan Gemini, yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari menyusun soal, membuat artikel, hingga mencari ide pembelajaran. Meski alat-alat ini menawarkan kemudahan, kehadirannya juga menimbulkan kekhawatiran terkait potensi penurunan kreativitas dan produktivitas di kalangan pendidik.


Kemudahan yang Ditawarkan AI dalam Dunia Pendidikan

Bagi para guru, salah satu manfaat utama dari AI adalah percepatan proses kerja. Sebelumnya, menyusun soal atau membuat materi pembelajaran membutuhkan waktu dan usaha yang signifikan. Kini, dengan bantuan AI, guru dapat menghemat waktu. Dalam hitungan detik, AI mampu menghasilkan soal-soal berkualitas atau menyarankan ide-ide pembelajaran inovatif yang dapat langsung diterapkan di kelas.

Kemudahan ini tentu sangat membantu, terutama bagi guru yang memiliki beban administratif tinggi. AI juga dapat membantu memecahkan kebuntuan ide saat merancang bahan ajar, menyediakan referensi yang cepat, dan menyiapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Ancaman terhadap Produktivitas dan Kreativitas

Namun, di balik kemudahan tersebut, ada potensi ancaman yang mengintai, yaitu kecenderungan malas atau ketergantungan yang berlebihan pada teknologi. Ketika AI bisa menyusun soal dan artikel dalam hitungan detik, beberapa guru mungkin merasa enggan untuk melibatkan diri secara penuh dalam proses kreatif tersebut. Mereka mungkin akan lebih sering bergantung pada hasil yang diberikan oleh AI, tanpa mempertimbangkan kualitas atau relevansi secara mendalam.

Ketergantungan ini juga berpotensi mengikis kemampuan berpikir kritis dan reflektif. Guru yang terbiasa mengandalkan AI mungkin akan kehilangan inisiatif untuk berinovasi dalam menciptakan strategi pembelajaran baru atau menyesuaikan materi dengan kebutuhan spesifik siswa. Padahal, salah satu peran guru yang paling penting adalah kemampuan untuk menyesuaikan materi ajar berdasarkan konteks kelas, lingkungan belajar, dan kebutuhan individu siswa, yang belum bisa sepenuhnya ditangani oleh AI.

Peran Guru dalam Era Teknologi

Meski AI menawarkan banyak kemudahan, penting bagi para guru untuk tetap menjaga keseimbangan dalam penggunaannya. Teknologi harus dilihat sebagai alat bantu, bukan pengganti sepenuhnya. Kreativitas, empati, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan kebutuhan siswa tetap menjadi hal yang tidak bisa tergantikan oleh mesin.

Di sinilah pentingnya literasi digital bagi para guru. Mereka harus mampu menggunakan AI secara bijak dan strategis, memanfaatkan kelebihannya tanpa mengesampingkan peran kritis mereka dalam proses pendidikan. Guru juga perlu terus mengembangkan kompetensi profesional, termasuk kemampuan menulis soal, menyusun artikel, dan menciptakan inovasi pembelajaran yang relevan secara mandiri.

Kehadiran AI seperti ChatGPT dan Gemini memang menawarkan berbagai kemudahan bagi guru di Indonesia, terutama dalam hal efisiensi waktu dan akses informasi. Namun, di sisi lain, teknologi ini juga bisa menimbulkan tantangan serius, terutama terkait dengan motivasi dan kreativitas. Untuk itu, guru harus tetap berperan aktif dalam proses pembelajaran dan menggunakan AI sebagai alat bantu yang mendukung, bukan sebagai jalan pintas yang bisa melemahkan peran sentral mereka dalam dunia pendidikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline