FAZAR Syahputra, seorang anak Belawan II, yang baik hati. Sejak kecil ia bercita-cita menjadi polisi. Namun impiannya itu kandas di tengah jalan. Kemiskinan memaksa remaja 15 tahun ini untuk putus sekolah.
Tak sampai di situ, lantaran tidak lagi bersekolah, bocah penggemar sepak bola itu harus berpulang kepada pencipta-Nya pada Mei 2019 lalu. Nyawanya terenggut akibat terjatuh dari truk saat berusaha mengambil berang-berang.
Paula Cita Dwiyanti (16 Tahun) juga terpaksa putus sekolah. Ia pun mengubur dalam-dalam impiannya sebagai sekretaris perkantoran. Ia menikah di usia muda dan sekarang sehari-hari ia sibuk mengurus rumah tangga dan anak-anaknya.
Baik Fajar maupun Paula tidak sendiri. Angka putus sekolah di Belawan II, sesuai data baseline Yayasan Gugah Nurani Indonesia (GNI) pada 2018 menunjukkan:
Angka anak usia 7-12 tahun sebanyak 8 persen, 13-15 sebanyak 20 persen dan usia 16-18 persen sebanyak 25 persen dari total 7.500 jiwa populasi anak di Kelurahan Belawan II. Besar sekali angka putus sekolah di daerah Belawan, Medan, Sumatera Utara.
Ketika peringatan Hari Anak Nasional (HAN) dirayakan di Wisma Hanafiah PUSKOPAL Belawan, Kamis, 26 September 2019 lalu, kisah berpulangnya Fajar dan pernikahan dini Paula menjadi dua cambuk bagi kita.
Bagaimana kita memaknai HAN ketika masa depan anak-anak kita masih memprihatinkan? Pendidikan kita belum berhasil mengentaskan angka putus sekolah.
Sungguh apa yang dikerjakan GNI Medan Belawan sepantasnya kita apresiasi dan dukung. Mereka bergerilya habis-habisan membantu warga Belawan agar anak-anak mereka terus bersekolah dan jangan sampai ada yang putus sekolah.
GNI Medan Belawan telah mengambil perannya dan berkontribusi bagi pendidikan anak dan perbaikan kesejahteraan warga Belawan.
Tetapi GNI tidak akan mampu jika bekerja sendirian. Benar apa yang disampaikan Kepala Dinas (Kadis) Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPPA) Sumut, Hj. Nurlela bahwa Camat Medan Belawan harus menindaklanjuti persoalan angka putus sekolah di wilayah kerjanya.
Camat setempat bisa mengintervensi masalah ini dengan menginisiasi pembentukan Kelurahan Layak Anak (KLA). Supaya melalui KLA ini, anak-anak Belawan lebih terlindungi, ada lingkungan yang berkualitas bagi mereka untuk bertumbuh dan berkembang.