Lihat ke Halaman Asli

Dedy Gunawan

Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Jatuh Cinta pada Sekolah

Diperbarui: 13 Agustus 2019   08:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak membaca buku di lokasi taman. Foto oleh Dedy Hutajulu

"Dibandingkan dengan sekolah lain, saya sadar betul. Sekolah ini jelek sekali," ujar Nurhasanah.

TAHUN 2009, Nurhasanah diangkat menjadi kepala sekolah SD 101942 Bengkel, Kecamatan Perbaungan. Saat itu, kondisi sekolah parah sekali. Halaman sekolah selalu becek. Halaman kiri sekolah tampak seperti kubangan kerbau. Perpustakaan pun tak ada. Gedung kelasnya sudah tua. Meja dan kursinya pun demikian. Sudah Reot. Tak ada tanaman penghias. 

"Saya sangat menyadari, sekolah saya itu sangat jelek. Saya sudah bandingkan dengan sekolah lain. Saya pikir, kalau kondisinya begini, sekolah ini jauh dari layak untuk menjadi tempat belajar anak," ucap Nurhasanah.

"Awalnya, saya mulai dengan menimbun halaman sekolah. Itupun lama sekali. Ada uang sikit, saya timbun. Ada uang lagi, saya timbun lagi. Gitu terus sampai tak ada lagi becek," tambahnya.

Gosok gigi sama-sama di halaman sekolah demi memastikan kebersihan gigi anak. Foto oleh Dedy Hutajulu

Ia pun mengira-ngira kebutuhan biaya yang diperlukan untuk membangun sekolah ini. Pelan pelan, Nurhasanah menjalankan tugasnya. Tahun 2010, ia membangun sebuah perpustakaan. 

Lalu ia menambahkan ruang baca berukuran 2x2 meter persegi. Dua tahun kemudian, dibantu Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Serdang Bedagai, ia merehab ruang kelas.

Tiap-tiap kelas menjaga kebersihan pekarangan di depan ruang kelasnya. Anak anak belajar tanggung jawab soal kebersihan. Foto oleh Dedy Hutajulu

"Ruang belajar kelas kami cat ulang. Seluruh meja belajar dipasang taplak meja. Kemudian di setiap sudut kelas kami buat pojok baca kecil-kecilan. Buku-bukunya dipasok dari perpustakaan. Buku-buku di pojok baca itu sebagai materi untuk gerakan literasi 15 menit membaca sebelum pembelajaran sekolah dimulai," paparnya.

Guru-guru mengerahkan murid-muridnya menyiram tanaman. Wali kelas menunjuk dua orang siswa sebagai piket untuk memantau pemeliharaan taman-taman kelasnya. Selama libur, siswa siswa yang rumahnya dekat dengan sekolah ditugaskan menyiram tanaman. Jika tanaman tumbuh subur selama hari libur, mereka akan diberi reward berup uang jajan.

Anak-anak membersihkan pekarangan sekolah dan menyiangi rumput yang tumbuh di antara bunga-bunga. Foto oleh Dedy Hutajulu

Sejak 2018, program Green, Clean and Life (GCL) diterapkan di SD 101942 Bengkel. Anak anak senang melibatkan diri. Tahun ini ada peningkatan anak yang mau belajar di sekolah ini. Dari 187 menjadi 197 siswa. Bertambah 5 persen. Padahal di sana ada tiga sekolah yang jaraknya berdekatan. "Program GCL ini berhasil memikat hati murid dan para orangtua. Mereka suka melihat sekolah kami yang bersih dan hijau," pungkasnya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline