[caption caption="M Nasir saat berkunjung ke Unimed, Kamis (1/10/2015). Foto oleh Dedy Hutajulu"][/caption]
TAK seorang pun menyangka, anak yang dahulu kerap membajak di sawah bersama ayahnya itu, kini menjabat sebagai menteri. tak tanggung, Menteri Riset dan teknologi Dikti kemdikbud RI di era Jokowi. Tak ada mustahil jika ada usaha dan kerja keras. "Bapak saya juga seorang petani. Tapi saya belajar dan bekerja keras," ujar Prof. M Nasir, Menristek Dikti, di Unimed, Kamis (1/10).
Satu lagi, pesan menteri kelahirn Ngawi, 27 Juni 1960 itu kepada mahasiswa, jangan mau dibayang-bayangi kondisi kemiskinan orangtua. "Orangtua juga jangan mewariskan kemiskinannya kepada anak-anaknya. Insya Allah, jika kerja keras dab belajar sungguh-sungguh, Anda akan jadi orang sukses," katanya menyahuti pertanyaan Lestari Sormin, mahasiswa Unimed.
Nasir bercerita bahwa ia menerima uang kiriman orangtuanya hanya sampai semester dua. Sebab, sambil kuliah ia berusaha mencari pekerjaan paruh waktu untuk menambah biaya studinya. "Semester tiga saya bilang 'Bapak, Ibu, usah lagi saya dikirim uang," katanya mengenang.
Sejak semester tiga ia menjadi renumerator atau pengumpul data penelitian di kampusnya, di Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Ia banyak membantu penelitian dari dosen. Dari aktivitas itu, ia mendapat honor yang kemudian digunakannya untuk membayar biaya kuliah dan kebutuhan hidupnya.
Lalu semester enam, ia memasukkan lamaran kerja ke kantor akuntan. Ia pun diterima. Ternyata pendapatannya jauh lebih besar lagi. "Di kantor akuntan saya ditugaskan sebagai petugas pendamping auditor. Uangnya banyak di sana," terangnya penuh semangat.
Pada tahun keempat, Nasir sudah dipercayakan melatih dan mengawasi akuntan-akuntan di lapangan. Entah karena kompetensinya atau sebab lain,Nasir tidak terlalu memikirkannya. Ia tidak ambil pusing akan hal itu. Yang dia lakukan tetap menunjukkan kiprah terbaiknya.
Akhirnya, begitu wisuda, ia langsung diterima bekerja di perusahaan lembaga asing dan menjadi dosen di sejunlah universitas di tanah air.
Dari kiprah hidupnya itu, ia membagikan satu tips jitu bagi mahasiswa yakni harus pandai mengatur waktu. Hal-hal yang mengganggu aktivitas kerja keras dan belajar, kata dia, lebih baik disingkirkan.
"Di dalam studi kadang membosankan, kalau itu bisa anda ciptakan, (atur waktu-red), Anda akan memiliki sesuatu yang lebih (dari orang lain). Anda jangan hidup di dalam tekanan. Miliki softskill," pungkasnya.
[caption caption="Menristek M Nasir menyalam mahasiswa di Medan saat menyerahkan beasiswa kepada mahasiswa terdampak erupsi Gunung Sinabung, di Auditorium Unimed, Medan. Foto Oleh Dedy Hutajulu"]
[/caption]