Lihat ke Halaman Asli

Dedy Gunawan

Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Dari Pelosok Nusantara, Guru Menulis

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14320959281560926042

ADAGIUM guru sulit menulis dipatahkan para guru-guru SM3T Unimed penempatan Lanny Jaya Papua. Hanya setahun mengabdi di timur Indonesia 18 guru muda ini mengoleksi puluhan artikel tentang potret pendidikan  di sana. Bahkan dua buku telah mereka luncurkan di perpustakaan digital Unimed, Selasa (19/5).

Peluncuran dua buku tersebut mendapat apresiasi dari banyak pihak. Tak kurang dari Sekda Lanny Jaya  Christian Sohilait yang paling berbahagia karena buku tersebut memuat fakta-fakta empiris tentang mirisnya pendidikan di kabupaten tempatnya mengabdi. "Persoalan kami, masih seputar bagaimana agar anak-anak bisa baca-tulis dan berhitung," katanya.

Maka kehadiran buku tersebut diharapkannya makin memotivasi banyak guru-guru muda di Nusantara untuk mau menjenguk Papua dengan datang sebagai guru. Papua, katanya, benar-benar masih minim mutu guru meski tersedia 380 guru namun hanya 70 persen yang aktif, dikarenakan mereka tak menjadikan guru sebagai profesi melainkan hanya kerja sampingan. Banyak guru lebih memilih usaha dan bisnis lain ketimbang mengajar di kelas.

Kehadiran dua buku tersebut juga memukau Agus Susilo Hadi, Koordinator SM3T dari Kemristek Dikti RI. Ia terpukau dengan keberanian guru SM3T unimed yang meluncurkan dua buku sekaligus. "Saya temukan banyak guru yang bisa menulis dan menerbitkan karya, tapi yang berani membedahnya baru Unimed. Bagaimanapun bagusnya karya-karya itu, kalau tidak ditulis tidak ada faedahnya bagi orang lain. Dan SM3T Unimed melakukannya dengan luar biasa," katanya.

Ke depan Kemristek bahkan akan menggelar pameran buku dan foto karya-karya guru dari seluruh Indonesia. Mengingat banyaknya guru-guru yang rajin menulis dan memotret tentang pendidikan dari seluruh belahan Nusantara.

Menanggapi pujian itu, Rektor Unimed Ibnu Hajar Damanik, mengatakan nun jauh di Timur Nusantara, para guru dari program SM3T bekerja penuh dedikasi demi menolong anak-anak Papua bisa baca-tulis-hitung. Guru-guru SM3T menjadi hero alias pahlawan masa kini, sekaligus pejuang kemanusiaan.  Apa yang mereka kerjakan, bahkan melampaui efek triple down affect.

Selain mendidik penuh dedikasi, mereka bahkan menjulang sebagai laskar-laskar pelopor gerakan menulis. Mereka menjungkir-balikkan paradigma tentang guru yang tidak bisa menulis, mereka melawan budaya lisan dan menggesernya dengan budaya menulis buku, sehingga pengalaman mereka meretas ilmu pengetahuan di Papua lebih awet dan lebih tahan lama.

Sekda Kabupaten Lanny, Christian Sohilait juga sempat mengupas kompleksitas persoalan pendidikan di Lanny Jaya. Mulai dari mutu gurunya, lalu kondisi geografisnya yang berada di antara tanah berbukit dan lembah serta medan tempuh dari pemukiman penduduk ke sekolah yang sangat sulit dan jarak tempuh yang jauh. Faktor budaya atau adat istiadat yang sebagian tidak mendukung pada proses peningkatan mutu pembelajaran hingga problem yang muncul dari masih minimnya infrastruktur serta perhatian pemerintah terhadap pendidikan.

Dengan populasi 110.000 jiwa yang dominan bermata pencaharian sebagai petani, penduduk Lanny Jaya masih diliputi problem buta aksara. Di sana memang sudah berdiri 142 unit TK PAUD dengan murid 770 orang, 60 sekolah dasar, 23 sekolah menengah pertama, 5 SMA dan satu SMK namun buta aksara amat kentara.

Minimnya guru yang aktif bekerja, terang Christian, akibat banyak dari mereka yang menganggap rendah pekerjaan guru. Tak sedikit pula yang memandang profesi guru hanya sebagai pekerjaan kelas dua. Tak heran jika lebih 310 guru doyan 'keluyuran' saat jam pembelajaran berlangsung. Beberapa guru ada yang masuk anggota partai politik, lainnya tergabung dalam partai Operasi Pembebasan Militer (OPM), sisanya bikin usaha seperti bisnis taksi, beternak babi dan buka kios kelontong.

Parahnya, ada juga guru yang hobi poligami. Selain itu, perhatian Bupati dan wakil rakyat terhadap nasib pendidikan anak-anak Lanny Jaya juga rendah. Namun yang paling ektrem, peran serta masyarakat dalam membantu meningkatkan mutu pendidikan juga hampir tidak ada. Hal-hal inilah yang menyebabkan mutu pendidikan di Lanny Jaya terpuruk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline