Lihat ke Halaman Asli

Dedy Padang

Orang Biasa

Mendoakannya untuk Memaafkannya

Diperbarui: 31 Agustus 2022   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berani memaafkan teman yang bersalah adalah cara menjaga pelita hati tetap menyala (dok.pri) 

Suatu malam, saya merasa gelisah. Biarpun badan sudah terasa begitu lelah, namun tidak begitu saja saya langsung terlelap. Mata memang sudah kupejamkan, namun pikiranku terus berjalan. Akhirnya sampai jam melewati pukul 00.00 aku masih tetap masih gelisah. 

Pikiranku masih terbayang kepada salah seorang teman yang tadi siang membuat ku sakit hati dan marah. Dan yang membuatku terus memikirkannya ialah sikapnya yang merasa tenang-tenang saja meskipun kenyataannya dia sudah bersalah. 

Ada banyak dari teman-temanku yang juga turut menyalahkannya. Itu karena dia ketahuan melakukan sesuatu yang tidak terpuji. Namun saat kami mencoba meminta klarifikasi darinya, dengan enteng dia menjawab, "Kalian itu tidak tahu apa-apa. Lebih baik kalian diam saja".

Akhirnya saya menyalakan lampu kamar dan duduk menghadap jendela kamar. Karena cuaca malam itu terasa sedikit panas, maka jendela kamar saya buka sedikit untuk membawa angin malam yang sejuk masuk ke dalam kamar. Dan benar saja, bahwa saat angin itu menghembus ke arahku, ada kesejukan yang kualami. 

Karena ingin menikmati hembusannya, ku coba pejamkan mata sambil menarik nafas dalam-dalam. Rasa sesak di dalam dada pun mulai berubah menjadi kelegaan. Dan akhirnya aku pun berdoa. 

Di dalam doa, tidak bisa kupungkiri bahwasanya saya ingin meminta Tuhan untuk memberi pelajaran kepada temanku tersebut. Namun entah mengapa, saya merasa malu memintanya, bahkan menjadi merasa bersalah karena memiliki niat jahat terhadapnya. 

Akhirnya aku pun mendoakannya. Bukan supaya Tuhan menghukumnya, tetapi supaya Tuhan mengampuninya. Tiba-tiba saja, saya jadi merasa kasihan terhadapnya dan memohon agar Tuhan berkenan membantunya. 

Doaku saya tutup dengan mengucapkan ini tiga kali: Tuhan kasihanilah dia. 

Setelah itu, saya segera menutup jendela, mematikan lampu dan pergi tidur. Saya tidak tahu berapa lama saya akhirnya terlelap, namun tepat pukul 05.00 pagi, saya terbangun dengan keadaan yang segar. Kembali saya berdoa untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan atas penyertaan-Nya selama istirahat malam yang baru saja kulalui. Namun lebih dari pada itu pula, aku sangat bersyukur karena semalam sudah dibantu untuk memaafkan kesalahan temanku yang sempat membuat ku marah dan sakit hati. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline