Lihat ke Halaman Asli

Dedy Padang

Orang Biasa

Cerdik untuk Mempersiapkan Hidup Kekal: Renungan atas Lukas 16:1-8

Diperbarui: 4 November 2021   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar diambil dari katolisitas.org

Kata bendahara itu di dalam hatinya: "Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka". 

Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. (Luk 16:4,8)

Dalam Injil karangan Santo Lukas (Lukas 16:1-8), dilukiskan bahwa Yesus memuji bendahara yang tidak jujur. Tentunya bukan ketidakjujurannya yang dipuji oleh Tuhan, melainkan kecerdikannya untuk menjamin masa depannya saat ia dipecat dari pekerjaannya sebagai bendahara.

Kisah tentang bendahara yang tidak jujur ini disampaikan Tuhan pada kita agar sama seperti bendahara tersebut, kita pun cerdik untuk melihat hal-hal yang perlu kita lakukan untuk menjamin masa depan kita kelak saat hidup kita di dunia ini berakhir.

Yang dilakukan bendahara tersebut sesaat ia hendak dipecat oleh tuannya ialah berbuat kebaikan kepada setiap orang yang berhutang kepada tuannya. 

Yang berhutang 100 tempayan minyak dimintanya untuk membuat surat utang yang baru 50 tempayan minyak. Dan kepada yang berhutang 100 pikul gandum dimintanya untuk membuat surat utang yang baru 80 pikul gandum. Dengan demikian ia pun akan diterima oleh mereka saat ia dipecat dari jabatannya sebagai bendahara.

Setiap kebaikan akan berbalas kebaikan pula. Demikianlah kita diminta oleh Tuhan senantiasa menabur kebaikan selama hidup di dunia ini untuk menjamin ketersediaan tempat bagi kita di surga kelak bersama Allah yang penuh belas kasih.

Kecerdikan kita terletak pada sikap kita dalam menghadapi ketidaktentuan waktu berakhirnya masa hidup kita di dunia ini. Dari pada menunggu-nunggu kapan saat itu tiba, lebih baiklah jika setiap saat kita hidup sebagai pribadi yang baik dan benar di hadapan Tuhan. Sehingga, saat masa itu tiba, kita pun mendapat tempat bahagia di surga bersama Allah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline