Lihat ke Halaman Asli

Dedy Padang

Orang Biasa

Dari Yerusalem sampai Sarimatondang

Diperbarui: 10 Juli 2021   12:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kumparan.com

Ketika mengikuti pelajaran Kisah Rasul, dosen selalu mengulang-ulangi kata-kata ini, "Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke Flores!"

Ketika mendengar kata-kata itu, biasanya secara spontan kami langsung tertawa, karena kata-kata Yesus itu aslinya berbunyi demikian, "Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi!" (Kis 1:8). 

Dosen kami itu menggantikan kata ujung bumi menjadi Flores. Dengan demikian menurut Dosen kami itu, Flores adalah ujung dari dunia ini. Sekalipun hal itu merupakan candaan, saya menyakini bahwa di balik itu terdapat makna yang dalam.

Pada hari Sabtu, seperti biasanya saya harus mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kerasulan pada hari Minggu. Biasanya saya akan mempersiapkan kotbah, katekese singkat, memperbanyak teks nyanyian, mempersiapkan doa-doa untuk Ibadat Sabda dan lain sebagainya.

Namun saya kurang mengerti mengapa waktu itu semangat untuk mempersiapkan diri dan segala keperluan ibadat tidak nampak. Saya merasa loyo, kurang bergairah dan ingin sesuatu yang lain, seperti facebook-an, main kartu, nyanyi-nyanyi atau browsing di internet.

Tanpa saya sadari, "kegiatan lain" itu ternyata berhasil menyita waktu saya sehingga saya harus tidur pada dini hari kira-kira pukul 01.30 WIB.

Lonceng gereja berbunyi. Saya agak kaget dan langsung terbangun. Dalam kondisi setengah sadar, saya membuat tanda salib dan berdiam diri sejenak tanpa mendaraskan doa Malaikat Tuhan (doa ini selalu diucapkan setiap pukul 06.00, 12.00, dan 18.00 dengan disertai bunyi lonceng gereja). Setelah itu, saya mengambil handuk dan bergegas mandi.

Pada pukul 06.30 WIB, saya bersama para frater dan pastor Pembina melakukan ibadat pagi. Seusai ibadat, saya menuju ruang makan untuk sarapan. 

Karena perut sudah terisi dan ini berarti tenaga untuk kerasulan sudah full power, maka saya pun bergegas menuju kamar untuk melipat jubah dan memasukkannya ke dalam tas. 

Tidak lupa saya juga memasukkan buku lagu, lembaran-lembaran nyanyian liturgi, Kitab Suci dan teks Ibadat Sabda. Dan pada pukul 08.15 saya bersama Fr. Nando, teman kerasulanku, berangkat ke Stasi Sarimatondang, Sidamanik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline