Lihat ke Halaman Asli

Dedy Padang

Orang Biasa

Saat Ibu yang Ingin ke Pasar Beringin Saya Antar ke Pasar Pagi

Diperbarui: 16 Januari 2021   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Suatu hari saya sedang pergi ke kota untuk membeli kebutuhan komunitas. Tiba-tiba di tengah perjalanan, ada seorang ibu yang meminta saya untuk mengantarkannya pulang. Daerah tempat ibu itu tinggal disebut dengan Pasar Beringin.

Sesungguhnya saya tidak tahu di mana lokasi Pasar Beringin itu. Namun karena saya iba melihat ibu itu, akhirnya saya pun membonceng beliau. Dugaan saya, usia ibu itu sekitar 50 tahun dan ia sedang kelelahan karena panas matahari siang itu cukup menyengat.

Sebelum berangkat saya bertanya kepada beliau tentang alamat dari Pasar Beringin tersebut. Namun beliau berkata: "Memangnya berapa Pasar Beringin?". Saya sempat terkejut dengan jawaban beliau, namun saya enggan untuk bertanya lagi. Saya mempersilahkan beliau naik ke motor saya dan dengan suara yang jelas beliau mengucapkan terima kasih kepadaku karena berkenan mengantarkannya.

Ketika tiba di sebuah pasar saya berhenti dan mengatakan kepada beliau bahwa kita telah tiba di tujuan. Namun beliau mengatakan bahwa tempat itu bukanlah Pasar Beringin tetapi Pasar Pagi. Meskipun demikian ibu itu tetap turun dari motor saya dan segera memesan becak motor yang tiba-tiba melintas di hadapan kami. Sebelum berpisah beliau berterima kasih kepada ku dan saya membalasnya dengan meminta maaf karena telah membawanya ke tempat yang salah.

Lalu kami berpisah dan saya pun pergi menuju kota. Setelah segala kebutuhan berhasil kudapatkan, saya kembali ke komunitas.

Ketika tiba di komunitas saya bertemu dengan seorang saudara. Beliau sudah lama tinggal di Gunungsitoli, tempat saya berada saat ini. Itu artinya beliau pasti mengetahui seluruh lokasi yang berada di kota Gunungsitoli.

Setelah mendengar penjelasan beliau, akhirnya saya mengerti bahwa ibu yang tadi saya bonceng ternyata saya bawa ke tempat yang lebih jauh dari rumahnya dibandingkan jika ia memesan becak dari tempat kami bertemu sebelumnya. Perbedaannya sekitar 15 menit lebih lama. Itu artinya, ongkos becaknya pun pasti lebih mahal lagi.

Ketika saya menceritakan pengalaman yang baru saya alami kepada saudara tersebut, beliau tertawa sambil berpesan agar saya menyempatkan diri untuk mengenali seluruh lokasi yang terdapat di kota Gunungsitoli.

Sesungguhnya saya pun ingin tertawa. Namun rasa bersalah sudah terlanjur menyelimuti hati ku dan itu membuat saya lebih memilih untuk bersedih dari pada gembira karena pengalaman lucu yang saya alami. Seharusnya saya membantu ibu itu kembali ke rumahnya. Namun yang saya lakukan justru membawanya ke tempat yang lebih jauh dari rumahnya dan tentunya itu akan membuatnya menjadi rugi karena harus membayar ongkos becak yang lebih mahal lagi dibandingkan jika ia naik becak dari tempat kami bertemu sebelumnya.

Kesalahan saya dalam pengalaman itu ialah tidak mau mengakui kalau saya benar-benar tidak tahu di mana lokasi Pasar Beringin itu ketika beliau memberi jawab, "Memangnya berapa Pasar Beringin". Ini tentang tata krama kepada orang tua. Seharusnya saya mengalah dengan jawaban itu dan memohon agar dituntun ke arah jalan yang akan kami tuju untuk bisa tiba di rumah ibu itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline