Suatu hari, saya diminta untuk memimpin rekoleksi kepada anak-anak panti asuhan yang dikelola oleh para suster dari kongregasi Alma. Tema rekoleksi yang mereka minta ialah tentang Persiapan dalam Menyambut Natal. Tema itu cukup beralasan karena pada saat itu Gereja Katolik sedang memasuki masa Adven, yaitu suatu masa untuk menantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus.
Judul rekoleksi yang saya buat ialah Adven dan Sikap yang Perlu. Di dalamnya saya mengulas makna Adven, Pernak-pernik Adven, dan sikap yang diperlukan selama Adven.
Dalam proses penyusunan materi, tidak banyak kesulitan yang saya alami. Saya memiliki cukup bahan. Yang menjadi kesulitan saya ialah mencari ice breaking untuk mereka.
Saya belum pernah pergi ke panti asuhan tersebut dan karenanya saya tidak tahu apa-apa tentang mereka. Namun dari informasi yang saya dapatkan, umumnya mereka terdiri dari anak-anak yang cacat secara fisik dan juga psikis. Keadaan itulah yang membuat saya harus berpikir ekstra untuk menemukan ice breaking yang cocok untuk mereka.
Lalu saya mendapat bantuan dari para saudara yang pernah memimpin rekoleksi di tempat itu. Mereka menganjurkan agar dalam penyampaian materi, saya harus juga menyertakan beberapa video inspiratif untuk membantu mereka memahami materi yang saya sampaikan. Untuk ice breaking, saya hanya perlu mempersiapkan sebuah permainan yang bisa diperankan oleh semua kalangan dan permainan itu ialah bernyanyi bersama dengan membuat sebuah lingkaran. Mereka mengatakan kalau anak-anak panti itu sudah terbiasa dengan bernyanyi karena para suster sering menanamkan nilai-nilai lewat sebuah lagu.
Akhirnya, tibalah waktunya bagi saya untuk memimpin rekoleksi kepada mereka. Saya membawa sebuah laptop dan pointer. Saya tidak perlu membawa alat-alat untuk ice breaking karena permainan yang saya persiapkan tidak membutuhkan alat bantu.
Setibanya di sana saya disambut hangat oleh mereka. Terdapat dua orang suster yang juga turut dalam kegiatan rekoleksi tersebut. Dan setelah tiba waktu untuk memulai rekoleksi, maka saya pun mengajak mereka untuk masuk ke dalam permenungan berdasarkan materi yang telah saya persiapkan.
Sejauh yang saya alami, saya tidak mengalami kesulitan untuk memimpin rekoleksi kepada mereka. Anak-anak terkesan cukup teratur dan bagi yang sehat secara fisik dan psikis, mereka bisa mengikutinya secara aktif.
Untuk anak-anak yang memiliki cacat, saya selalu menyempatkan diri untuk berada di samping mereka, menyapa mereka, membuka dialog kepada mereka dan hingga mereka terlihat bahagia.
Saya juga turut bahagia saat melihat mereka serius menyaksikan video-video inspiratif yang saya putar untuk mereka. Sebagian dari mereka memberanikan diri untuk berbagi tentang apa yang telah mereka peroleh dari materi yang saya berikan untuk mereka dan dari kegiatan berbagi itu saya mengerti kalau mereka bisa memahami materi yang saya berikan untuk mereka.