Lihat ke Halaman Asli

Dedy Padang

Orang Biasa

Bersikap Sombong Itu Tidak Enak, Malah Mempermalukan Diri Sendiri

Diperbarui: 11 Desember 2020   05:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Suatu pagi saya pergi menemani Pastor untuk memimpin Perayaan Ekaristi di salah satu komunitas susteran yang ada di kota. Komunitas itu belum pernah saya kunjungi sebelumnya sehingga Pastor Paroki meminta saya untuk menemaninya. Tujuannya ialah agar kelak saat saya menjadi pastor dan hendak memimpin Perayaan Ekaristi di komunitas itu, saya tidak lagi kewalahan menemukan tempatnya.

Pagi itu saya yang menyetir. Sekali lagi tujuannya ialah agar saya bisa mengingat rute menuju tempat itu.

Sekitar 20 menit waktu yang kami tempuh untuk bisa tiba di tempat itu. Kebetulan saat itu adalah pagi hari maka lalu lintas masih sepi sehingga saya bisa melajukan mobil dengan lebih cepat.

Setibanya di sana, saya segera membantu pastor untuk mengenakan pakaian liturginya. Setelah itu kami menunggu sampai para suster selesai melaksanakan ibadat pagi mereka.

Saat ibadat pagi selesai, seorang suster membunyikan lonceng pertanda kalau Perayaan Ekaristi akan dimulai. Kami berarak menuju panti imam diiringi dengan lagu pembukaan. Lalu Perayaan Ekaristi berjalan seperti biasanya.

Seusai Perayaan Ekaristi, kami diundang untuk sarapan dan kami menerima undangan tersebut.

Saat sarapan sedang berlangsung saya mencoba membuka pembicaraan sambil terlebih dahulu memperkenalkan diri kepada para suster. Satu persatu-satu para suster juga memperkenalkan diri mereka. Itu terjadi karena permintaan saya, sebab tidak adil rasanya jika hanya saya yang memperkenalkan diri sementara mereka belum juga saya kenal.

Setelah perkenalan selesai kami melanjutkan sarapan sambil berbincang-bincang. Di tengah perbincangan, saya mengajukan pertanyaan kepada salah seorang suster yang berasal dari paroki tempat saya menjalani Tahun Orientasi Pastoral kala itu.

Dengan rasa percaya diri yang tinggi saya bertanya kepadanya apakah dia mengenal saya atau tidak. Ternyata beliau tidak mengenal ku. Lalu saya juga bertanya apakah dia mengenal para pastor yang sebelumnya bertugas di tempat itu dan ternyata dia mengenalnya. Saat mendengar jawaban suster itu saya pun memberi alasan mengapa saya bertanya tentang itu kepada beliau, yaitu barangkali beliau mau menjadi suster karena melihat saya.

Mendengar perkataanku itu, tiba-tiba seorang suster yang berada di sampingnya berkomentar demikian: "Ih, sok kali", dan seketika itu juga kami semua menjadi hening.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline