Lihat ke Halaman Asli

Dedy Padang

Orang Biasa

Pujian dan Kritikan Itu Hanya Berbeda Nada, tetapi Tujuannya Sama

Diperbarui: 10 Desember 2020   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (Freepik/Racool_studio)

Suatu sore, saya memberi materi kepada para katekumen atau mereka yang ingin menjadi anggota Gereja Katolik. Sore itu merupakan pembelajaran ketiga bagi mereka, sementara bagi saya sendiri sore itu adalah kedua kalinya saya memberikan materi kepada mereka. 

Sebelumnya, materi disampaikan oleh bapak katekis paroki kami yang juga berprofesi sebagai sekretaris di paroki kami. Materi pembelajarannya sudah dipersiapkan oleh paroki dan saya hanya menyampaikannya kepada para katekumen. Materi yang saya berikan sore itu ialah tentang tahun liturgi serta praktik dalam liturgi.

Sebelum tiba waktu pembelajaran, saya berusaha mempelajari materi-materi yang akan saya berikan. Meskipun materi-materi itu sudah saya pelajari sebelumnya sewaktu kuliah, namun saya sadar kalau ingatan saya tidak kuat sehingga masih perlu mempelajarinya kembali.

Tujuannya ialah agar saya bisa dengan lantang menyampaikannya kepada para katekumen. Setidaknya dengan mempelajarinya kembali ingatanku tentang materi itu pun disegarkan.

Ketika tiba waktu yang ditentukan untuk memberikan materi, maka saya segera masuk ke dalam gereja. Di sana para katekumen telah duduk menanti dengan peralatan tulis berada di depan mereka. Kebetulan ada anggota baru yang hadir, yang sebelumnya tidak hadir saat saya memberikan materi kepada mereka. Untuk itu saya memiliki alasan untuk memperkenalkan diri sebelum pembelajaran dimulai.

Setelah perkenalan, saya memulai pembelajaran dengan doa pembukaan. Karena mereka sedang belajar tentang agama Katolik maka saya pun meminta mereka untuk membacakan doa-doa dasar dalam agama Katolik sebagai doa pembukaan untuk pembelajaran sore itu.

Setelah doa pembuka selesai saya mulai menjelaskan apa yang menjadi materi kami sore itu. Sejauh yang saya kira, semua materi bisa saya sampaikan dengan baik.

Namun untuk memastikan kalau mereka mengerti apa yang saya ajarkan maka saya pun melontarkan pertanyaan kepada mereka, dan itu saya lakukan setiap kali bagian-bagian dari materi pembelajaran selesai saya ajarkan. Dan saya merasa kalau mereka sangat aktif sehingga saya pun semakin bersemangat mengajari mereka.

Barangkali karena larut dalam keseruan belajar saya tidak sadar kalau waktu pun berakhir. Sesuai dengan kesepatakan bersama, waktu yang kami gunakan untuk belajar ialah selama satu jam dan saat itu kami telah melewati 10 menit.

Saat saya mengatakan kalau pembelajaran dicukupkan untuk saat itu, mereka pun tidak menyangka kalau ternyata waktu telah berakhir, bahkan telah melewati. Dengan respons mereka yang demikian saya pun cukup berbangga hati karena merasa berhasil menciptakan suasana belajar yang menarik dan mengesankan bagi mereka. Namun rasa itu tetap saya antisipasi agar tidak menimbulkan kesombongan dalam diri.

Lalu kami menutup pembelajaran sore itu dengan doa penutup. Sekali lagi saya meminta mereka untuk membacakan doa-doa dasar dalam agama Katolik sebagai doa penutup. Setelah selesai kami pun bergegas untuk meninggalkan gereja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline