Dugaan penulis, para pembaca artikel ini telah memahami apa yang dimaksud dengan discernment. Arti yang paling umum dari discernment itu ialah pembedaan roh. Roh yang mana?
Diyakini bahwa dalam diri kita itu terdapat dua kekuatan roh yang saling berlawanan. Kedua roh itu dipetakan menjadi roh baik dan roh jahat. Roh baik membawa kita kepada kebaikan sementara roh jahat membawa kita kepada kejahatan.
Oleh karena itu, ketika kita menyebut discernment maka kita pun akan mengerti tentang perbuatan pembedaan kedua roh itu dalam diri kita; mana yang merupakan dorongan roh baik dan mana yang merupakan dorongan roh jahat.
Sebenarnya discernment bisa kita mengerti dengan mudah. Namun tidak demikian saat mempraktikkannya. Artinya, jika setiap dari kita ditanya, "mau mengikuti roh baik atau mengikuti roh jahat?", maka kita pun akan segera dengan lantang dan penuh bersemangat menjawab "Mengikuti roh baik!". Namun jika berhadapan dalam realita sehari-hari banyak kita yang mengalah kepada roh jahat.
Oleh karena itu, berangkat dari peliknya realita tentang praktik discernment tersebut, maka saya pun menyebut discernment itu sebagai usaha untuk memenangkan roh baik. Jadi, discernment itu bukan lagi semata-mata pengenalan akan roh baik dan roh jahat, namun juga upaya untuk memenangkan roh baik dan menolak roh jahat.
Lalu benarkah pelik saat berhadapan dengan situasi discernment tersebut? Jawabannya adalah iya karena discernment itu dilakukan saat kita sedang berhadapan dengan situasi yang sama-sama memberi kesan yang baik dan seolah-olah kita akan merasa rugi jika mengikuti yang satu dan meninggalkan yang lain.
Misalnya saat bangun di pagi hari. Dalam jadwal harian pribadi, kita telah menetapkan bahwa bangun pagi itu jam 05.00 atau lebih awal dari itu. Kita membuatnya demikian karena kita tahu bahwa bangun pagi itu menyehatkan tubuh dan mengikuti pepatah orang tua dulu, agar rezeki tidak dipatuk ayam.
Namun ketika alarm kita berbunyi yang menandakan bahwa kita harus bangun, segera muncul dalam diri dorongan untuk kembali tidur atau mengambil waktu selama beberapa menit sebagai tambahan untuk tidur kembali. Lalu bagaimana discernment berperan saat itu?
Saat kita menyadari adanya dorongan untuk kembali tidur, disitulah kita sedang berdiscernment. Kita mengenali ada dua dorongan dalam diri kita, yaitu segera bangun atau kembali tidur. Biasanya, dorongan untuk segera bangun itu terasa pelan karena ditutupi segera oleh rasa ngantuk yang masih tersisa. Dan karenanya selalu muncul suara yang mengatakan: "Tidur bentar lagi pasti tidak apa-apa, toh juga badan ku masih merasa ngantuk". Atau "Tampaknya badanku akan terasa sakit jika memaksa bangun. Baiklah jika saya melanjutkan tidur sampai badan saya merasa puas".
Saat suara-suara itu terdengar dan mulai menguasai, sebagai orang yang berdiscernment, maka kita pun harusnya berusaha untuk mengikuti dorongan roh baik yang mengajak kita segera bangun. Namun jika kita menghadapinya dengan sikap yang biasa-biasa saja, maka kita pun akan kembali tidur akibat dorongan roh jahat yang sudah menguasai badani kita.