Ditinggalkan Pastor Paroki
Selama menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Pulau Nias, saya pernah ditinggalkan oleh pastor paroki saat hendak pergi ke stasi bersama beliau. Ceritanya demikian.
Seusai sarapan saya segera menuju kamar untuk persiapan ke stasi. Tiba-tiba perutku sakit dan ingin ke kamar mandi. Lalu saya memutuskan untuk menyelesaikan urusan sakit perut tersebut.
Sebenarnya, saya sudah mendengar suara bapak katekis memanggil-manggil: "Mari frater kita berangkat!". Namun saya hanya menjawab, "Baik ama" (panggilan hormat untuk orangtua dalam bahasa Nias).
Ketika semua sudah beres saya segera menuju garasi. Kulihat sepeda motor pastor paroki sudah tidak ada dan bapak katekis yang memanggil-manggil saya tadi pun sudah tidak terlihat di sekitar paroki.
Melihat itu saya menjadi panik karena saya belum mengetahui lokasi stasi yang akan kami kunjungi. Inilah kunjunganku yang pertama kali ke stasi tersebut sejak menjalani TOP.
Di depan pastoran saya bertemu dengan seorang OMK (Orang Muda Katolik).Dia juga merupakan anggota pengurus harian paroki tempat saya TOP. Saya bertanya kepadanya tentang keberadaan pastor paroki dan bapak katekis.
Ternyata dia pun tidak tahu. Dari raut wajahnya ketika melihatku, saya yakin dia mengerti bahwa saya sedang panik dan kebingungan. Akhirnya kuputuskan untuk berangkat dan melajukan sepeda motorku dengan kecepatan tinggi.
Di tengah perjalanan, motorku mogok. Saya sangat berharap masih bisa mengejar mereka, tetapi hal itu tidak mungkin karena tiba-tiba motorku mogok. Dugaan saya, motorku mogok karena tidak sempat saya panasi sebelumnya. Beruntung ada orang yang bisa membantu dan motorku pun bisa menyala kembali.
Ketika tiba di persimpangan jalan, perasaanku menjadi lega karena ternyata pastor paroki dan bapak katekis menunggu saya di sana. Segera saya minta maaf dan mengatakan bahwa tadi motorku mogok sehingga perjalananku menjadi lebih lambat. Setelah itu kami pun langsung berangkat.