Sungguh melimpah rasa syukur yang keluar dari hati ini saat Yang Mulia Bapak Uskup, Mgr. Anicetus Bongsu Sinaga, Uskup Administrator Apostolik Keuskupan Sibolga, menumpangkan tangannya ke atas kepalaku dan memberi kepadaku tahbisan Diakonat.
Tumpangan itu begitu hangat dan menumbuhkan damai serta ketenangan dalam batinku. Sungguh, saat itu saya ingin segera memeluk beliau dan berkata: "Terima kasih Monsinyur". Namun perayaan masih berlangsung dan saya harus menahan diri untuk itu.
Tanpa mengurangi rasa syukur itu, saya juga mencoba mempersiapkan diri dengan apa yang akan saya perbuat dengan tahbisan yang baru saja saya peroleh.
Selama homili, saya fokus dengan apa yang dikatakan Monsinyur kepada kami, terlebih tentang bagaimana dan apa yang menjadi kewajiban dari seorang diakon. Ada tiga hal yang menjadi penekan beliau dan meskipun ketiga hal itu sudah kami pelajari sebelumnya, namun perayaan Tahbisan saat itu membuat ketiganya menjadi lebih baru dan menggugah hati. Ketiga hal itu ialah sabda, altar dan amal.
Terkait dengan sabda, bapak uskup mengingatkan kami akan tugas sebagai pewarta Injil dan pengajar umat. Tugas itu membuat kami layak untuk membaca Injil, berkotbah dan memberikan katekese. Bahkan, ada tugas yang memang sangat dikhususkan bagiku yaitu membacakan Injil. Dalam perayaan sebesar apa pun itu dan siapa pun yang menjadi seleberannya, meski Paus sekalipun, sayalah yang berhak untuk membacakan Injil. Itu telah menjadi tugas dan sekaligus hak saya sebagai seorang diakon atau pelayan.
Ketika mendengar tugas itu, saya pun sangat berbangga hati. Bukan hendak menyombongkan diri tetapi tugas itu membuat saya memiliki posisi yang spesial dalam Perayaan Ekaristi yang tidak boleh diambil oleh pelayan lainnya seperti Imam, Uskup, Kardinal dan bahkan oleh Paus sekalipun. Namun itu semua untuk Tuhan yang kami puji dan sembah di dalam suatu Perayaan Ekaristi.
Tugas kedua ialah altar. Sebagai seorang diakon, saya disebut sebagai pelayan pertama dan utama untuk Imam selebran Perayaan Ekaristi. Status itulah yang membuat saya wajib mengambil tugas sebagai pelayan altar untuk membantu Imam selebran dalam mempersiapkan persembahan di meja altar. Selain itu, saya juga berkewajiban untuk membantu imam selebran u membagikan komuni kepada umat Allah yang hadir dalam perayaan itu. Dan terakhir dari tugas itu ialah membersihkan segala peralatan misa setelah pembagian komuni selesai berakhir.
Tugas ketiga yang ditekankan oleh Monsinyur Sinaga ialah amal kasih. Tugas ini saya emban lewat perhatian khusus bagi orang-orang miskin, kaum marjinal dan orang sakit.
Ketiga tugas ini dapat saya laksanakan dalam kehidupan pastoral sehari-hari seperti mengunjungi orang sakit, membawakan komuni bagi mereka, menemani orang-orang miskin dalam menghadapi kesusahan hidup mereka dan meneguhkan hati mereka yang terpinggirkan.
Semangat dari tugas ini lahir dari semangat Tuhan Yesus yang tertulis jelas dalam Injil karangan santo Lukas: "Roh Tuhan ada pada-Ku, sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk 4:18-19, bdk. Yes 61:1-2).