Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Janji

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

SEBUAH JANJI

apa yang membuat kalian merasa ingin memutar waktu kembali? Menikmati massa2 nostalgia bersama orang2 hebat di samping kalian? Atau merasakan kembali energi muda pembangkang?  Banyak jawaban dalam semua Tanya tadi, seorang teman pernah berseloroh “kita ada dalam era globalisasi, massa di mana kita tidak lagi bisa merasakan rindu lagi”. Yap, apa si yang gak bisa kita lakukan untuk sekedar merespon rasa rindu pada orang? Semua media dan aplikasi menyidiakan ruang rindu kita. Namun  dengan bertemu langsung kita bisa menjaga originalitas rindu kita.

Senja syahdu ini memoriku masih selalu menagih janji, janji menuangkan pertemuanku dengan orang2 hebat 4 hari lalu dalam bentuk tulisan. Orang2 yang bisa menarikku dalam dimensi lain, dimensi ruang dan waktu yang jauh dari pandang mataku, lebih jauh walaupun hanya 1 detik waktu yang terlewat. Massa lalu.

Perlu kita berterimakasih pada federasi sepakbola Indonesia, karna hajat mereka kita dipertemukan kembali. Mungkin agak berlebihan kalimat pertamaku tadi, karna sejatinya belum lama juga kita bertemu. Entah kenapa pertemuan ini menjadi spesial untuk memoriku, entah karna akhir2 ini aku sering menulis atau karna durasi kita bertemu? Entah, namun aku hanya memenuhi janji pada memoriku saja. Saat kalian membaca tulisan ini, aku yakin dalam hati kecil kalian pasti menertawakan ke-lebaya-nku ini bukan teman?ah entahlah biarkan aku menepati  janjiku saja.

Pertemuan itu terjadi tanggal 14 februari lalu, pertemuan yang didasari keinginan kita menyasikan sepakbola. Yap sepakbola, hobi kita, tentunya kalian masih ingat jadwal kita bermain bola disela2 perkuliahan bukan?sering juga kita mengahbiskan malam kita hanya sekedar untuk menyasikan tim kesayangan kita di layar kaca, lewat PC yang dimultifungsikan menjadi tv, di dalam ruang 3x4 di bayar perbulan. Ya, hobi kita belum berubah, itu asumsi awal ku tentang kalian. Bisa saja kita bertemu di acara organisasi atau di pelabuhan sambil membawa alat pancing? Kegiatan altenatif kita di sela2 perkuliahan kita. Namun pilihan pertama kita bola. Sampai di sini kalian masih sama.

Seperti biasa kita bertiga sudah hadir terlebih dahulu, waktu sudah sangat mepet. Diantara hiruk pikuk orang lalu lalang kecemasan kita masih sama seperti 2 3 tahun lalu. Menunggu 1 teman lagi membuat kita merasa cemas, aku ingin berterimakasih pada orang yang menciptakan kata “menunggu adalah hal yang paling menyebalkan” pastinya orang itu sangat mengerti perasaan 3 orang yang telah lama menunggu saat itu. Dalam hati kecil aku bertanya, kenapa aku cemaskan keterlambatanya? toh jika kita tidak bisa masuk dalam stadion bukankah esensi kita di sini adalah temu kangen? bisa saja kan kita mengalihkan destinasi kita ke café atau warung kopi yang menyediakan nonton bareng? Ah, namun kita sudah terlanjur hanyut dalam uforia tepat ini, bukankah jarang sekali kota ini disinggahi event bola bertaraf nasional sekaliber timnas? tidak bisa, aku harus mempertahankan kecemasan ini,aku akan menghujatmu dalam rindu jika aku gagal masuk ke dalam, kawan. Jangan juga marah jika kamu tiba2 muncul di belakang kami lalu, mendengarkan gerutu kami, itu sudah kita lakukan 2 3 tahun yang lalu ketika hanya menunggu kedatanganmu saja. Kamu selalu membuat kita menunggu. Namun tanpa kamu kita seperti kehilangan mediator handal. Sampai di sini kalian masih sama.

Jam di pergelangan tangan ada pada titik 11 lewat , rencana adalah hal yang membuat rencana itu sendiri akan gagal. Tanpa perencanaan kita bisa melangkah lebih jauh. Itu sama yang pernah kita lakukan 2 3 tahun yang lalu, tanpa perencanaan kaki kita tuntun menembus halimun dan dingin malam. Tanah leluhur dieng pernah kita sambangi tanpa perencanaan. Salah satu dari kita mungkin akan selalu mengingat momen itu, selain momen usahanya selama 4 tahun lebih mendapatkan cinta gadis pegunungan dieng itu.  Urusan perut kini mengarahkan laju roda2 menuju kucingan, tempat di mana dulu kita biasa sambangi kala malam larut perut merengek minta diisi. Di pingir jalan lahap kita menyantap hidangan sederhana namun suasana ini aku rasa begitu istimewa. Tidak seperti biasanya, mungkin intensitas bertemu kita tak seperti dulu lagi yang membuat malam itu menjadi istimewa. Namun ada hal lain mala mini tidak seperti malam2 biasanya kita bertemu, aku kira ini pertemuan dengan bobot pembicaraan kita yang lebih berisi. Kali ini kalian berbeda

Aku yakini, waktu lah yang membentuk karakter dan pola pikir kita. Coba kalian putar ingatan kalian, apa saja yang kita bicarakan ketika waktu masih menyandang status mahasiswa. Celoteh yang lebih ke haha hihi haha hihi lebih banyak kita kluarkan dari pada pembicaraan tentang apa si sebenarnya yangkita tuju dalam hidup ini? Apa si jadinya kita 5 tahun yang akan datang? Apa yang kita lakukan untuk merajut kehidupan2  yang menuntut kita lebih memutar otak? Dengan waktu pola pikir kalian juga telah berubah, apa yang kalian lakukan dulu dan sekarang dengan uang 50.000 di kantong? Apa yang kalian pikirkan tentang langkah memecahkan masalah yang ada? nah pembicaraan ini yang menahan kita duduk ditemani tamaram lampu kota. Ini yang membuat semuanya seakan kita baru saja bertemu, seperti para TKI yang bertemu warga senegara di perantauan.

kita membuka celoteh itu dengan romansa massa perkuliahan, memerdekakan ingatan kita kala itu. Ya, kita seperti keluar dari trem jalur kita saat ini, berputar arah menuju stasiun kenangan kita malam itu kita banyak mengambil apa yang tertinggal di stasiun itu. Semua itu milik kita, satu persatu kita pungut, tak peduli gerbong waktu telah larut meninggalkan kita. Ada puluhan cerita dari pribadi yang kita ambil kembali, lalu satu per satu pribadi dan kenangan yang melekat pada dirinya kita bedah bersama. Malam itu kita bak ahli forensic kenangan.  Duduk melingkar tanpa alas kita mendatangkan satu per satu karakter di hadapan, pisau bedah tersimpan di kepala kita, keluarkan. Bukan rasa sakit, apalagi darah, gelak tawa pecah.

Hai, teman aku ingin bertanya pada kalian. Di mana kalian sembunyikan kotak memori tentangku? Beritahu padaku, lalu akan kudatangi rumah kalian dalam lelapmu, akan kucari kotak itu. Jika aku menemukannya saat itu juga aku akan tau isi kotak itu, apa yang kalian nilai tentang aku. Aku akan tetap tersenyum pada kalian walaupun buruk yang kau kata tentang aku, akan kurangkul kalian sambil aku berbisik meminta maaf pada kalian. Sebaliknya, kalian meminta aku mengatakan di mana aku simpan kotak itu,akan aku berikan. Tak usah ketuk pintu rumahku, kalian bisa masuk sesukamu ke dalam, walaipun aku tak ada di tempat  waktu teah mendewasakan kita.

Terdiam sejenak, lalu salah satu dari kita membuka kembai pembicaraan. Aku selalu yakin tak akan ada pembicaraan yang terhenti lama, teman kita satu ini selalu punya banyak metode berbasa basi membuka jalan cerita. Aku secara pribadi sering meminta pendapat tentang semua hal padanya, aku menganggap dia salah satu dari kita yang bijaksana dalam segala hal. Apa yang dikatakan tak seperti biasanya, tanpa prolog dia mengungkapkan akan mengakhiri masa lajangnya tahun ini. Oh teman, kau begitu kukagumkan malam itu, sosok soekarno yang kita idolakan seketika luntur saat itu pula. betapa terencananya hidupmu. Pernah kau tunjukan padaku dalam wallpaper laptopmu, draft plaining massa depanmu, terencana. Tahun ini kamu akan merealisasikan klimaks dari setinganmu itu. Bukakan pintu rumahmu, suatu saat aku akan berkunjung ke rumahmu menemuimu istri dan anak2mu. Entah saat itu aku telah berkeluara atau belum, aku akan memintamu menunjukan plaining2 hidupmu selanjutnya.

Keputusan itu membuat mentah semua prediksi kita. Dalam akahir masa perkuliahan, sempat kita menerka siapa dari kita yang akan melepas masa lajang dulu. Jika aku simpulkan, ada 2 indikasi kita gunakan dulu dalam menentukan prediksi kita. Pertama indikasi gender dan yang kedua adalah kekuatan finansial. Jika menilik dari indikasi pertama, dari gadis pegunungan dieng lah kita mendapat sepucuk undangan pernikahan. Yang kedua indikasi kekuatan finansial, maju sebagai kandidat pertama adalah si bongsor dari Bumi Mina Tani. Sebenarnya jika menilik dari indikasi kedua ini, juragan kapal patut menjadi yang terdepan, namun apadaya, temukan dulu sandaran hatimu. Berurutan kita simpulkan masing2. Namun semua terpatahkan oleh kekuatan niat dari sang mediator, sekali lagi aku menegaskan kekagumanku atas visi2 hidupmu teman.

Yap, dari pembicaraan itu aku dan yang masi dalam lingkaran dapat menyimpulkan, adalah perencanaan yang baik bisa membawa kita 1 atau 2 langkah di depan. Dengan itu aku sendiri mematahkan anggapanku di atas jika perencanaan bukanlah factor penetu utama. Trimakasih sang mediator, secara sadar atau tak sadar kau telah meletakan kembali pemikiranku yang acuh tentang perencanaan. Ya, setidaknya aku harus percaya Tuhan memiliki rencana2nya, kita pun harus mempunyai rencana2 mengarungi hidup ini.

Teman, tulisan ini aku buat hari kedua, saat ini hujan. Aku duduk di samping jendela. Ditemani aluanan musikalisasi pusi karya Subagyo Sastrowardoyo. Ya, spot inilah konon kata para penyair adalah spot yang paling mudah memunculkan daya ingat seseorang. Benar adanya, aku kemudian menganalogikan, rintikan hujan itu adalah kenangan2 kita yang menguap kemudian dijatuhkan kembali dalam dunia imajinasi kita oleh Tuhan. Jadi masihkah kita pemuja alam estetika menghujat hujan yang begitu gampangnya menurunkan majinasi2 masa lampau.

II

Sore, tak kunjung jua hujan turun. Mentari perlahan mendisiplinkan diri lenyap oleh senja. Mencoba mengusir kegundahan, ku jamah satu persatu buku yang kutitipkan di almari tua kantor. Sesekali aku melempar pandang ke luar jendela, taka da tanda2 hujan akan turun. Sepertinya hari ini aku akan kecewa menanti hujan. Betapa aku mengaharapkan hujan 3 hari ini, hujan yang akan menetes ke bumi  membawa serta kenangan2 indah.

Berbicara tentang masa lalu mungkin untuk sebagian orang menjadi bagian yang sangat sensitive, terlalu perih mengelupas luka yang lama diperban. Tapi tak selamanya kenangan yang kita tengok selalu menyenangkan,tentang romansa2 masa muda, atau bahkan lebih jauh tentang saat kepolosan kita bermain dengan alam. Ingat itu kembali. Senyum simpulmu akan terlihat. Namun ada satu babak dalam kehidupan yang bisa membuat kita lebih tegar berdiri, lebih congkak menantang kerasnya hidup dan lebih bijak tentunya dalam menyikapi hidup. Satu babak yang ku sebut kenangan pait. Namun dewasakan pribadi kita dengan kenangan pait itu, dia bisa menjadi pelita dalam gua gelap menuju sinar terang massa depan.

Manusia terbentuk  dari ambisi masa depan, kenyataan masa kini dan pengalaman pengalaman masa lalu. Belajarlah dari ketiga massa ini.

Tak seperti biasanya, kali ini aku menulis tak di temani suara mesra rintik hujan. Di pelukan angin malam aku membongkar kotak tentang kita. Tiba2 ponsel bordering, sms masuk. Aku acuhkan karna anggapanku hanyalah sms tentang pekerjaan. Dugaanku salah, sms datang dari si Juragan, singkat katanya, hanya berkabar tentang rasa rindunya pada  Gadis Dieng. Aku membalas seadanya. Mencoba acuh namun tak bisa, mungkin karna rindunya itu datang setelah membaca tulisanku. Aku harus bertanggung jawab.

Pesan terus berbalas. Topic masih tetap sama. Cinta. Dalam diskusi, hal yang monoton seperti ini yang sungguh sangat aku hindari, pembicaraan terpusat pada satu titik saja. Bukanya aku tak mau. Aku bisa saja membelokan arah pembicaraan itu, namun ini bukan diskusi, aku harus menjadi pendengar yang baik, dalam hal cinta tentunya. Aku sampai saat ini belum terlalu tertarik membaca tulisan2 tentang cinta. Karna itu jawabanku cenderung subjektif, memaksa kamu masuk dan mengikuti cara pikirku dalam percintaan. Totaliter. Masi ingat, diantara celah2 rak buku perpustakaan aku membaca “Pudarnya Pesona Cleopatra”.  Dari novel tersebut aku bisa terenyuh hanyut akan ketulusan cinta Raihana, walaupun secara batin dirinya terzallimi dia tetap teguh pada hakiki dirinya sebagai istri. Hanya buku itu yang secara implisit bertemakan cinta yang kubaca, referensiku kurang dalam hal percintaan.

Teman satu ini spertinya mengadopsi sifat dari Raihana, berbeda gender memang. Namun perjuangnya mempertahankan rasa itu sampai lama adalah hal yang sama.aku yakin gadis itu pun tau tentang perasaanya. aku tak bisa membayangkan, ada banyak intrik dalam batinya yang membaur, dia bisa memilah. Dia bisa selalu konsisten dengan rasa itu. Namun menurutku, ada satu hal yang tak perlu aku ambil dari perjuanganya, terlepas dari kegighanya ada sisi fundamental tentang keberanian untuk mengungkapkan rasa pada Gadis Dieng itu. Apalah arti telalu lama memendam rasa, pergolakan hatilah yang akan dia rasakan, yaa dia merasakan hingga sekarang. Aku yakini itu.

Rajutan benang benang cinta yang dia sulam sejak dia membuka pintu kelas hingga kini, akan terurai absurd oleh waktu. Berulang kali aku sampaikan, sampai kapan kamu rela perasaanmu menjadi bahan tertawaan. Hanya satu yang kamu butuhkan saat ini teman, KEBERANIAN. Ambil jarum sulam (Red: keberania) itu, dia akan menjadi senjatamu untuk menyelesaikan sulamanmu menjadi selimut penghangat bagi hatimu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline