Lihat ke Halaman Asli

Malam 1 Suro: Antara Momentum Hijrah dan Mitos Mistik Orang Jawa

Diperbarui: 2 September 2019   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

anotherbrickinwall.blogspot.com

Tanggal 1 Muharram atau 1 Suro dalam tanggalan jawa diambil dari peristiwa hijrahnya kaum muslimin dari Kota Makkah ke Madinah. Sejak itulah agama Islam mengalami perkembangan amat pesat. Dalam kurun waktu yang relatif singkat yaitu kurang lebih 8 tahun Islam mulai bergema ke seluruh penjuru dunia, berkembang meluas ke seluruh pelosok permukaan bumi.

Momentum peristiwa hijrah dijadikan titik awal perkembangan Islam dan pembentukan masyarakat madani yang dibangun oleh Rasulullah SAW.

Dan karena itu tidak mengherankan jika Khalifah Umar bin Khotob menjadikan peristiwa hijrah sebagai awal perhitungan tahun baru Islam, yang kemudian dikenal dengan Tahun Baru Hijriah.

Disisi lain bulan Suro, terutama pada malam tanggal 1 Suro di beberapa wilayah Indonesia memiliki aura tersendiri, malam 1 Suro dianggap malam yang bernuansa mistis.

Oleh karena itu sebagian masyarakat yang mempercayai kemistisan tersebut melakukan berbagai ritual seperti memandikan benda pusaka seperti keris dan lain-lain, dilarang keras melaksanakan pesta apalagi pernikahan, melaksanakan tirakat dengan begadang semalam suntuk, melakukan kirab malam 1 Suro, kirab Tumuruning Mahesa Suro, ritual Batara Kathong Ponorogo, ritual Telaga Ngebel Ponorogo, dan ritual lainnya.

Sebagian orang memahami bulan Suro sebagai bulan penuh kesialan, itulah yang menyebabkan pada bulan tersebut dilarang melakukan pesta khususnya pernikahan.

Hal ini adalah keyakinan yang tidak memiliki dasar karena bulan Suro atau bulan Muharram justru memiliki makna sebaliknya.

Bulan Muharram memiliki arti kegembiraan, dimana hal tersebut diartikan bahwa pada dasarnya bulan Muharram atau Suro adalah sebuah bulan yang mendatangkan kegembiraan bagi seluruh umat Islam.

Dalam persepsi Islam semua hari adalah baik dan tidak ada waktu atau tanggal yang bisa membawa kesialan pada manusia. Jika muncul mitos menyesatkan tentang bulan Suro.

Hal ini tidak lepas dari latar belakang sejarah jaman kerajaan tempo dulu. Pada bulan Suro sebagian keraton di Pulau Jawa mengadakan ritual membersihkan pusaka keraton.

Ritual membersihkan pusaka keraton pada jaman dahulu menjadi sebuah tradisi yang menyenangkan bagi masrakyat yang masih haus akan hiburan. Sehingga dengan kekuatan kharisma keraton dibuatlah stigma tentang angkernya bulan Suro.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline