Lihat ke Halaman Asli

Tata Krama, di Manakah Dirimu Kini???

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebagai bangsa Indonesia, tentu kita taka sing lagi dengan yang satu ini. Yah, Tatakrama. Budaya Luhur yang. Tata krama adalah tata cara atau aturan turun-temurun yang berkembang dalam suatu budaya masyarakat yang mengatur pergaulan antar individu maupun kelompok untuk saling pengertian, hormat-menghormati menurut adat yang berlaku.

Sejak jaman dahulu, kita begitu disegani dengan Budaya ketimuran kita. Budaya yang identik dengan nilai-nilai kesopanan dan luhur. Namun hari ini mungkin hanya segelintir orang yang melakukan hal-hal seperti: saling menghormati (ngajeni, jawa), Cium Tangan Pada Orang Tua, Penggunaan tangan kanan, Senyum dan Sapa, tradisi Musyawarah, budaya Gotong Royong, tenggangrasa dan sebagainya.

Tradisi semacam itu sepertinya sepertinya kini telah terkikis oleh post-modernisme. Hari ini orang semakin Individualis, mementingkan diri sendiri, kemudian apatis, tak perduli pada orang lain, yang penting senang, yang penting untung. Seolah tak ada lagi rasa menghargai dan  menghormati orang lain.

Pernah saya alami suatu ketika saat mengajar di suatu sekolah kemudian ada seorang anak yang berbicara kasar pada Gurunya, kasar sekali. Tak ada lagi sopan santun dan hormat pada guru. Lantas dimana Tatakrama selama ini diajarkan?

Adal juga suatu ketika mobil mewah yang tiba-tiba parkir di area pejalan kaki, padahal ia tau parkit disitu menghalangi pejalan kaki, belum lagi banyak peristiwa lain seperti membuang sampah dari dalam mobil ke jalanan, meludah sembarangan, dan hal-hal memprihatinkan yang lain. Lantas kemana tatakramanya?

Lebih mengenaskan lagi, berbagai persoalan sosial diselesaikan dengan kekerasan. Kita lihat misalnya terjadinya tawuran dimana-mana, saling memaki,  Hujat menghujat, bakar membakar bangunan kantor pemerintah dan atau fasilitas umum, seolah-olah tidak ada larangan. Apa saja dianggap boleh dilakukan. Suasana seperti itu oleh sementara orang dirasakan sebagai sangat menggelisahkan. Tata krama menjadi hilang.

Bangsa Indonesia dari dulu dikenal santun, saling menghargai dan menghormati orang lain, dan saling menjaga perasaan antar sesame.Seharusnya, nilai tatakrama ini tak boleh hilang. dengan harapan kita bisa menggunakan tata krama tersebut di mana pun dan kapan pun.

Aktualisasi tata krama ini bisa dilakukan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama dalam pembentukan jati diri maupun kepribadian seseorang. Di dalam keluargalah seorang anak dikenalkan berbagai aturan, norma, dan nilai-nilai yang baik. Sekolah sebagai lembaga formal harus memaksimalkan pelajaran budi pekerti. Mengajak siswa-siwa tat pada aturan dan dan menjunjung tinggi  tata krama.
Di dalam masayarakat berlaku saling menghormati, tenggang rasa, dan gotong royong dan nilai –nilai budaya yang lain. Dan Tentunya Norma-norma Agama yang berlaku.

Alangkah indah bila Budaya Tatakrama ini kembali menghiasi hari-hari kita. Wallahu a’lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline