Lihat ke Halaman Asli

Pembuktian Mourinho

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13687879841677351509

[caption id="attachment_243910" align="aligncenter" width="300" caption="Mourinho | picture taken from www.telegraph.co.uk"][/caption]

Orang-orang bilang Mourinho gagal. Bisa jadi iya. Apalagi kalau yang dijadikan ukuran adalah pencapaian pada Liga Champion 2013. Jelas, langkah Real Madrid yang ditukangi pelatih asal Portugal itu terhenti di semi-final. Tapi benarkah Mourinho gagal?

Saya pribadi justru memandang sebaliknya. Pada laga Madrid vs Dortmund itulah pembuktian kapasitas Mourinho. Mourinho tetaplah The Special One. Setidaknya mengacu pada beberapa hal.

Pertama, Mou –sapaan Mourinho, berhasil memperbaiki mental pemain Madrid. Setelah keok 4-1 di leg pertama, tentu bukan pekerjaan mudah untuk menumbuhkan rasa percaya diri pemain. Dan di leg ke-2 ini, kita bisa melihat kepercayaan diri yang tinggi dari punggawa Madrid sejak detik pertama pertandingan berlangsung.

Meski Madrid mendapat banyak peluang, babak pertama berakhir dengan skor kaca mata. Di babak kedua, Mou mengganti Higuain, Xabi Alonso, dan Coentrao dengan Benzema, Khedira, dan Kaka. Pergantian yang tepat. Benzema mencetak gol dan assist. Khedira membuat lini tengah jadi lebih dinamis. Dan kaka membuat permainan jadi lebih kreatif. Inilah alasan kedua saya menyebut momen ini sebagai ajang pembuktian Mou: keputusan yang tepat!

Ketiga, sampai dengan leg pertama, Dortmund merupakan tim yang belum pernah kalah di Liga Champion tahun ini. Di leg ke-2, wakil jerman itu dipukul Madrid 2 gol tanpa balas. Madrid menjadi tim pertama yang mengalahkan Dortmund di ajang ini. Siapa pelatihnya? We know him so well.

Lah, tapi di leg pertama Madrid dibantai 4-1, tuh? Iya, benar. Namun menurut saya, kekalahan itu bukan karena Mourinho salah taktik. Tapi lebih karena kesalahan pemain. Barisan pertahanan Madrid benar-benar payah saat itu. Kesalahan-kesalahan dasar dalam mengantisipasi serangan terus terjadi.

Ditambah lagi, Signal Iduna Park, markas Dortmund, memang tampak mengerikan. Teriakan fans fanatik Dortmund menggema di seantero stadion. Dua tahun lalu, saya sendiri pernah sangat khawatir dengan kelakuan fans Dortmund.

Saat itu saya menuju Alianz Arena, markas Bayern Munchen. Waktu itu sedang akan digelar pertandingan Munchen vs Dortmund. Nah, saya berada di gerbong kereta yang sama dengan fans Dortmund. Sepanjang jalan mereka bernyanyi. Semakin dekat ke stasiun terakhir, semakin menjadi. Bahkan mereka lompat-lompat di gerbong. Kereta jadi bergoyang.

Saat petugas menyuruh para fans itu untuk tertib, mereka menolak. Saya langsung teringat dengan kerusuhan yang ditimbulkan oleh suporter bola di Indonesia. Saya pikir akan terjadi kerusuhan. Kalau terjadi kerusuhan, mau lari ke mana? Wong sekeliling saya warnanya kuning semua.

Untunglah tidak terjadi apa-apa. Petugas keamanan akhirnya memutuskan untuk menghentikan laju kereta. Sehingga semua penumpang harus jalan kaki menuju Alianz Arena.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline